Sedekah Sultan, ASN Pemda DIY terima Pareden Gunungan Garebeg Sawal Keraton.

by ifid|| 31 Maret 2025 || || 80 kali

...

GAREBEG merupakan salah satu upacara penting di Keraton Yogyakarta yang bisa disaksikan dan diikuti oleh masyarakat umum. Dalam satu tahun Jawa, Keraton menggelar tiga upacara Garebeg; yaitu Garebeg Sawal pada tanggal 1 Sawal (Idul Fitri), Garebeg Besar pada tanggal 10 Besar (Idul Adha), dan Garebeg Mulud pada tanggal 12 Mulud (Maulid Nabi). Pada ketiga Garebeg tersebut, keraton mengeluarkan gunungan sebagai simbol sedekah Sultan kepada rakyat. Gunungan tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Tradisi ini memiliki makna yang mendalam dan merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya Jawa dan Islam.

 

Pelaksanaan Hajad Dalem Garebeg Sawal 2025/Je 1958, Keraton Yogyakarta kembali membagikan ubarampe pareden gunungan kepada ASN Pemerintah Daerah DIY. Upacara budaya tahunan yang digelar Keraton Yogyakarta sebagai salah satu rangkaian kegiatan peringatan Idul Fitri tersebut, berlangsung pada Senin (31/03) di Pendopo Wiyata Praja, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

 

Dian Lakshmi Paratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Disela-sela acara Garebeg Sawal mengatakan dalam tahun ini Dinas Kebudayaan DIY memfasilitasi penetimaan paraden Garebeg, yaitu Garebeg Sawal pada tanggal 1 Sawal (Idul Fitri), Garebeg Besar pada tanggal 10 Besar (Idul Adha), dan Garebeg Mulud pada tanggal 12 Mulud (Maulid Nabi).

 

Garebeg akan menjadi agenda rutin Pelestari Adat Tradisi karena sudah menjadi Warisan Budaya tak Benda dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah diakui oleh Indonesai. Dari tahun-ketahun ada beberapa penyesuaian tata cara upacaranya, “sumber dari Keraton memang dikembalikan serta disesuaikan data-data dari naskah masa lalu di Karaon”, ucap DIan

 

Dian menambahkan Hajad Dalem Garebeg Sawal diberikan di empat tempat yang berbeda yang pertama di Masjid Gede Kauman, Ndalem Mangkubumen, Pura Pakualaman, yang ke empat di Komplek Kepatihan Kantor Gubernur Yogyakarta. 

Hajad Dalem Garebeg Sawal keraton mengeluarkan gunungan sebagai simbol sedekah Sultan kepada rakyat. Gunungan tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat yang hadir. “Tradisi ini memiliki makna yang mendalam dan merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya Jawa dan Islam”, pungkas Dian Lakshmi P

Tradisi ini sudah dilakukan sejak dulu dan masih rutin dilakukan hingga saat ini. Sepengamatan kontributor Mata Budaya selama liputan garebeg, sejak tahun 2012, setelah UU Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta muncul, Garebeg Sawal, Garebeg Besar, dan Garebeg Mulud berjalan dengan tata cara yang di kembagkan dari naskah-naskah Karato.

 

Dikawal Bregada Bugis, ubarampe pareden gunungan berwujud rengginang dan tlapukan bintang yang memiliki lima warna ini diantar oleh Utusan Dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Purohadiparwoto dan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sudarto Danarto. Sekitar pukul 11.30 WIB, ubarampe pareden gunungan tiba di Kompleks Kepatihan dan diterima oleh Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono, didampingi para kepala OPD di lingkungan Pemda DIY.

“Sebuah kehormatan bagi kami, menerima berkah dalem yang diparingke langsung dari Sri Sultan Hamengku Buwono X. Terima kasih kepada Ngarsa Dalem Yang Mulia Sultan Hamengku Buwono X di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Semoga Ngarsa Dalem beserta istri, anak, keluarga, dan warga dalem selalu diberkati Allah SWT, dengan kesehatan yang baik, keselamatan, umur panjang, terbebas dari malapetaka, dan senantiasa mendapat limpahan berkah,” tutur Beny.

 

Menurut Beny, gunungan yang dibagikan dalam Hajad Dalem Garebeg Sawal 2025/Je 1958 ini merupakan simbolis perwujudan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa akan pelaksanaan ibadah puasa yang telah selesai ditunaikan dan juga wujud syukur akan datangnya Idulfitri. Wujud syukur tersebut pun diwujudkan dengan memberikan masyarakat rezeki melalui ubarampe gunungan yang berupa hasil bumi dari tanah Mataram.

“Itu bentuk wujud syukur kita kepada Allah SWT, dengan cara diparingke oleh Ngarsa Dalem,” kata Beny.

 

Pada kesempatan yang sama, Utusan Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KMT Purohadiparwoto menyampaikan, penghantaran ubarampe pareden gunungan yang diberikan dengan cara diemban dengan kain cinde warna merah yang biasa digunakan dalam upacara-upacara besar dan sakral ini adalah wujud menunaikan perintah dari Ngarsa Dalem. Selain itu, Ngarsa Dalem turut menitipkan salam kepada Sekda DIY dan segenap ASN Pemda DIY yang menghadiri prosesi Garebeg Sawal di Kompleks Kepatihan ini.

 

“Ubarampe pareden gunungan ini diberikan kepada Bapak Sekda DIY dan para pejabat pemerintah DIY. Marilah kita bersama-sama berdoa semoga Ngarsa Dalem dan keluarga diberikan panjang umur, kesehatan, dan kesejahteraan,” ujar KMT Purohadiparwoto.

 

Pasca diserah terimakan, ubarampe pareden gunungan tersebut dibagikan kepada para ASN Pemda DIY yang hadir. Ubarampe pareden gunungan yang dibagikan berupa rengginang dan tlapukan bintang yang memiliki lima warna ini mengandung makna tersendiri dari setiap warnanya. Hitam melambangkan kewibawaan dan keteguhan, putih kesucian, merah keberanian, hijau mengisyaratkan kesuburan/kemakmuran, serta kuning melambangkan kemuliaan. Pemilihan warna tersebut erat kaitannya dengan kearifan Jawa terkait mata angin (kiblat papat limo pancer), pancawara atau perhitungan hari pasaran, maupun gambaran hawa nafsu manusia.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta