by ifid|| 30 April 2025 || || 98 kali
Ratusan penari dari berbagai kalangan maupun usia, dari pelajar hingga pelaku seni, dari pengajar hingga maestro tari tampil memukau dalam pentas Jogja Joged (Joged) 2025 di Taman Budaya Gunungkidul selama dua hari berturut-turut, mulai Senin (28/04) hingga Selasa (29/04), menjadi pusat perayaan seni tari tradisional Yogyakarta melalui gelaran akbar "Jogja Joged 2025". Memasuki tahun kelima penyelenggaraannya, festival tahun ini mengusung tema kearifan lokal wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Event persembahan solidaritas 500 seniman dan seniwati lintas generasi se-DIY dan internasional bersama Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY tersebut dalam rangka memperingati Hari Tari Dunia 2025 yang jatuh setiap tanggal 29 April.
Joged 2025 mengusung kearifan lokal wilayah di DIY bertajuk ' Sajivancala'. Sajivancala adalah sebuah representasi proses pergerakan yang terbungkus dalam spirit visioner. Berasal dari bahasa Kawi dan Sansekerta, yaitu Sajiva/Sajeeva, artinya bersatu atau bersama dalam kehidupan, dan Ancala adalah nama lain atau sapaan Gunung dalam bahasa Kawi. Solidaritas dan loyalitas mendasari sebuah pergerakan yang mengarah pada spirit visioner.
Pada hari pertama tanggal 28 April 2025, Senin, sore dimulai dengan penampilan kesenian lokal yang ada di Kabupaten Gunungkidul, yaitu Jathilan Kreasi Turonggo Kencana Seta, Jatilan kreasi SS gandes Luwes, Jathilan Kreasi Cahyo Kencana Muda, Reog Ponorogo Manggolo Mataram. di sisi selatan selasar Taman Budaya Gunungkidul, puluhan masyarakat yang berasal dari daerah Gunungkidul yang menyaksikan ikut meramaikan dengan datang lebih awal dari jadwal pertunjukan.
Pada tanggal 29 April 2025, selasa malam, dihadiri oleh Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, Paniradya Pati Paniradya Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Chairul Agus Mantara serta sejumlah tamu undangan lainnya.
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti menyatakan DIY dikenal kaya akan ragam seni dan budaya yang adiluhung, salah satunya seni tari. Seni tari ini harus tetap dilestarikan, seperti adanya Jogja Joged 2025 dalam rangka memperingati Hari Tari. Pihaknya menampilkan pagelaran tari Tayub massal yang dilakukan pelajar SMA dalam Joged 2025. Tari Tayub yang ditarikan dengan luwes ini merupakan tarina ikonnya Gunungkidul.
"Ajang kreasi seni untuk tetap lestari. Karena Bung Karno seperti dalam petuahnya, Jas Merah "Jangan Sekali kali Melupakan Sejarah”. Maka harapan kami, seni tari ini juga tidak dilupakan akan tetap dilestarikan karena bagian dari warisan budaya nenek moyang kita," ujar Endang dilanjutkan membuka Joged 2025 didampingi Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi dengan memukul gong
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan Jogja Joged merupakan gelar karya yang menjadi simbol solidaritas dan semangat kreativitas insan seni tari se-DIY. Dalam rangka nguri-uri kabudayan yakni menjadi garda terdepan dalam upaya-upaya pelestarian seni tari di DIY Ini patut dibanggakan bersama, sebab gerakan ini lahir secara organik dari buah pikir dan kesadaran pelaku seni tari itu sendiri, yang digagas dan diselenggarakan secara mandiri sebagai wujud dedikasi dan kecintaan terhadap seni tari sejak 2021.
"Kami menangkap semangat teman-teman Jogja Joged dan mulai terlibat memberikan dukungan sejak 2023. Pada 2023 atau tahun ketiga diselenggarakan di Taman Budaya Kulon Progo, kemudian pada 2024 diselenggarakan di Museum Gunung Merapi Sleman, hingga tiba pada 29 April 2025 diselenggarakan di TBG dengan Tari Tayub sebagai highlight. Tari Tayub dipilih sebagai wujud semangat kepenarian Gunungkidul yang juga telah secara resmi tercatat sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb) pada 2018," ungkap Dian.
Kegiatan dibuka tepat pukul 20:00 WIB dengan sajian Welcome Dance berupa Tari Bedhayan Wonoasri oleh Foresta Handayani, Forum Seni Tari Kab. Gunungkidul. Usai pembukaan, disajikan tarian Jogja Gumregah oleh perwakilan Instansi Pendidikan Seni diantaranya SMKN 1 Kasihan, AKN Seni dan Budaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Pertunjukan tersebut mencerminkan Yogyakarta adalah pusat pengembangan seni tidak hanya di kalangan masyarakatnya namun juga di kalangan cendekia.
Tak lama berselang, acara dilanjutkan dengan penampilan karya para maestro-maestro Seni Tari Yogyakarta diantaranya Sumandiyo Hadi dengan Setyastuti. Dilanjutkan penampilan penari tamu asal Jepang yaitu Tomomi Yokozuka. Sebagai penutup sesi pertama disajikan penampilan penari ikon 4 kabupaten 1 Kota diantaranya Agus Sukina (Sleman), Sudiharto (Kota Yogyakarta), Danang Nur (Kulonprogo), Rini Widyastuti (Bantul), Suhartanti (Gunungkidul).
Dari auditorium kemudian tamu undangan dan penonton umum diarahkan menuju pendopo TBG untuk melanjutkan acara ke sesi kedua. Ada sajian kolase karya tari yang menggambarkan perjalanan Jogja Joged dari 2021 hingga 2025. Lalu pemberian cinderamata pada komposer-komposer musik Jogja Joged, serta pemberian Anugerah pada Mbah Gunem, seorang Maestro Tari Tayub dari Gunungkidul yang hingga usianya 75 tahun masih aktif sebagai penari Tayub.
Dibalik megahnya kegiatan Jogja Joged tahun ini melibatkan komposer-komposer hebat Jogjakarta , yang akan menghadirkan musik musik luar biasa untuk mengiringi para penari di Jogja Joged 2025 di antaranya, Sudaryanto, Agung Widanta Nugraha, Sandyo dan Sahrul Yulianto. Selain Komperser, Jogja Joged juga menggandeng lima koreografer muda yaitu, Bima Alfian D, Damas Ilham Dwi M, Ganggas Hatma P, dan Irwanda Putra R. meraka menjadi bagian dari kesuksesan dari kegiatan Jogja Joged 2025.
Pada penghujung acara, sajian yang menjadi penutup Jogja Joged 2025 adalah Tari Tayub yang dimainkan oleh 300 orang perempuan penari lintas generasi. Dipimpin Mbah Gunem, penampilan 300 orang penari di Pendapa TBG menciptakan suasana yang magis dan agung. Penampilan tari Tayub masal ini pun berhasil memukau para penonton.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...