by ifid|| 04 Juni 2025 || || 188 kali
Yogyakarta, 3 Juni 2025 – Gemuruh tepuk tangan dan semarak nuansa budaya memenuhi Museum Sonobudoyo, menandai dibukanya pameran temporer Abhinaya Karya 2025. Mengusung tema yang menggugah, “Pasar: A Glimpse into the Past, Looking Forward to the Future,” pameran ini secara resmi dibuka untuk publik, mengajak setiap pengunjung untuk menyelami perjalanan panjang sistem pasar dari masa lampau hingga menyongsong era digital.
Pameran Abhinaya Karya 2025 bukan sekadar pajangan artefak, melainkan sebuah narasi visual yang kaya akan edukasi dan refleksi. Sejak awal diumumkan, pameran ini telah menarik perhatian banyak pihak, mengingat relevansinya yang mendalam dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Pasar, sebagaimana tema yang diangkat, bukan hanya pusat transaksi ekonomi, melainkan juga cermin dinamika sosial dan budaya yang tak pernah lekang oleh waktu. Dari riuhnya pasar tradisional yang menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat agraris, hingga geliat pasar modern yang kini merambah dunia digital, semuanya terangkum apik dalam pameran ini.
Sebagai institusi budaya yang terkemuka, Museum Sonobudoyo sekali lagi membuktikan komitmennya dalam merawat, menyajikan, dan melestarikan kekayaan budaya bangsa. Inovasi dalam penyajian pameran yang informatif sekaligus menarik menjadi nilai tambah yang patut diacungi jempol. Dengan durasi penyelenggaraan selama satu bulan, pameran ini diharapkan tidak hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan, khususnya dari luar Yogyakarta, tetapi juga menjadi media edukasi yang efektif. Melalui pemahaman yang mendalam tentang evolusi pasar, diharapkan muncul inspirasi untuk lebih mencintai dan melestarikan warisan budaya Indonesia yang tak ternilai harganya.
Pembukaan Abhinaya Karya 2025 turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting. Terlihat hadir Paniradya Pati Kaistimewaan, Aris Eko Nugroho, yang menunjukkan dukungan penuh dari pemerintah daerah terhadap inisiatif kebudayaan semacam ini. Selain itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, KPH Purbodiningrat, juga turut memeriahkan acara. Kehadiran perwakilan Museum Ronggowarsito Semarang, Kepala Museum Bank Indonesia serta sejumlah tokoh budayawan dan arkeolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) semakin memperkuat makna penting pameran ini bagi dunia permuseuman dan pelestarian budaya di Indonesia. Momen pembukaan ini menjadi langkah awal dari sebuah perjalanan budaya yang diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat luas dan menjadi media pembelajaran yang menyenangkan serta informatif mengenai dinamika ekonomi dari masa ke masa.
Dalam atmosfer yang penuh antusiasme di acara pembukaan Abhinaya Karya 2025, sambutan dari Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A., menjadi sorotan utama. Dengan lugas dan penuh makna, beliau menggarisbawahi pentingnya pameran ini dalam upaya melestarikan dan mengedukasi masyarakat tentang warisan budaya.
"Kita dapat berkumpul dalam rangka menyambut pameran temporer Abhinaya Karya 2025 di Museum Sonobudoyo dengan tema 'Pasar: A Glimpse into the Past, Looking Forward to the Future'," ucap Dian Lakshmi Pratiwi membuka sambutannya. Beliau menekankan peran vital Museum Sonobudoyo sebagai institusi budaya yang secara konsisten berdedikasi dalam merawat, menyajikan, dan melestarikan kebudayaan. Dedikasi ini, menurutnya, telah terbukti melalui berbagai pameran dan program yang selalu menarik minat masyarakat.
Pemilihan tema "Pasar" pada pameran kali ini juga mendapat apresiasi khusus dari Kepala Dinas Kebudayaan DIY. "Tema pasar yang diangkat pada pameran kali ini sangat relevan," ujar beliau. Penekanan diberikan pada fungsi pasar yang melampaui sekadar pusat ekonomi. Pasar, menurut Dian Lakshmi Pratiwi, adalah ruang interaksi sosial dan budaya yang secara dinamis mencerminkan perubahan masyarakat dari masa ke masa. Melalui pameran ini, pengunjung diajak untuk memahami bagaimana pasar telah mengalami evolusi signifikan, mulai dari sistem tradisional yang mengandalkan barter dan transaksi langsung, hingga memasuki era digital yang serba modern, di mana transaksi dapat dilakukan tanpa batas ruang dan waktu.
Inisiatif Museum Sonobudoyo untuk terus berinovasi dalam menyajikan pameran yang tidak hanya informatif tetapi juga menarik bagi pengunjung, menjadi poin penting dalam sambutan beliau. Inovasi ini, menurut Dian Lakshmi Pratiwi, patut untuk terus diapresiasi dan didukung. "Pameran ini diharapkan dapat menjadi media edukasi yang efektif, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk lebih mencintai dan melestarikan warisan budaya bangsa," tegasnya, menyoroti target audiens pameran ini yang tak hanya mencakup pemerhati sejarah dan budaya, tetapi juga generasi penerus. Beliau juga menambahkan bahwa dengan durasi satu bulan, pameran ini berpotensi besar untuk meningkatkan angka kunjungan wisata, khususnya dari luar Yogyakarta, sembari menjadi sumber pembelajaran yang menyenangkan.
Di akhir sambutannya, Dian Lakshmi Pratiwi tak lupa menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras mewujudkan pameran prestisius ini. "Mari kita jadikan momentum ini sebagai langkah bersama untuk terus memajukan kebudayaan, melestarikan warisan leluhur, dan membangun masa depan yang lebih baik," ajaknya. Beliau menutup sambutannya dengan harapan besar, "Semoga pameran ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan menjadi inspirasi untuk kita semua." Sambutan ini tidak hanya menjadi pembuka resmi pameran, tetapi juga seruan moral untuk terus menjaga dan mengembangkan kebudayaan sebagai pilar utama kemajuan bangsa.
Melangkah masuk ke ruang pameran Abhinaya Karya 2025 di Museum Sonobudoyo adalah seperti memasuki lorong waktu yang membawa pengunjung menelusuri berbagai fase perkembangan pasar di Indonesia. Pameran ini dirancang dengan cermat, memadukan visualisasi yang menarik, informasi yang padat, dan sentuhan interaktif yang membuatnya mudah dinikmati oleh berbagai kalangan usia.
Salah satu daya tarik utama pameran ini adalah kemampuannya untuk menyajikan narasi evolusi pasar secara kronologis. Pengunjung akan diajak melihat bagaimana pasar-pasar tradisional, dengan segala keunikan dan hiruk pikuknya, menjadi jantung kehidupan masyarakat di masa lampau. Terdapat diorama, replika, dan foto-foto lama yang menggambarkan suasana pasar tradisional, lengkap dengan alat tukar menukar, timbangan kuno, hingga jenis-jenis barang dagangan yang lazim ditemui. Keberadaan pasar di titik pertemuan berbagai desa atau kerajaan, serta perannya sebagai tempat pertukaran informasi dan budaya, juga dieksplorasi secara mendalam.
Transisi menuju era modern menjadi babak selanjutnya dalam perjalanan ini. Pengunjung akan disuguhkan informasi mengenai bagaimana pasar mulai beradaptasi dengan sistem ekonomi yang lebih terstruktur, munculnya mata uang modern, hingga perkembangan infrastruktur transportasi yang memengaruhi distribusi barang. Bagian ini mungkin menampilkan evolusi arsitektur pasar, alat transportasi niaga, atau bahkan poster-poster promosi dari toko-toko kelontong di masa lampau.
Tidak berhenti di sana, pameran ini juga secara jeli mengulas transformasi pasar di era digital. Fenomena e-commerce, pasar daring, hingga pengaruh media sosial terhadap perilaku belanja masyarakat modern, semuanya dibahas. Pengunjung bisa jadi menemukan instalasi interaktif yang memungkinkan mereka merasakan simulasi belanja daring atau melihat data statistik mengenai pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Ini menjadi cara yang sangat relevan untuk menunjukkan bagaimana pasar, meskipun wujudnya berubah, tetap memegang peranan krusial dalam masyarakat.
Melalui pendekatan edukatif yang kuat, pameran ini berhasil menjembatani masa lalu dan masa depan. Pengunjung, terutama generasi muda, dapat belajar tentang sistem pasar masa lampau yang mungkin belum pernah mereka saksikan, sekaligus memahami tren pasar yang sedang berkembang saat ini. Ini adalah bukti nyata bahwa museum dapat menjadi ruang belajar yang dinamis dan relevan, mengajarkan pelajaran berharga dari sejarah untuk diaplikasikan dalam menghadapi tantangan masa depan. Dengan durasi satu bulan penuh, pameran ini memberikan kesempatan luas bagi masyarakat umum, pelajar, dan wisatawan dari luar Yogyakarta untuk merasakan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan informatif mengenai dinamika ekonomi dari masa ke masa.
Keberhasilan penyelenggaraan pameran Abhinaya Karya 2025 tak lepas dari dukungan dan kolaborasi berbagai pihak. Dukung oleh pemerintah daerah dan berbagai institusi, menjadi kunci utama terwujudnya pameran yang berkualitas ini.
Kehadiran sejumlah tokoh penting dalam acara pembukaan mencerminkan tingkat kepentingan dan apresiasi terhadap pameran ini. Paniradya Pati Kaistimewaan, Aris Eko Nugroho, yang mewakili Kesultanan Yogyakarta KPH Purbodiningrat, memberikan legitimasi dan dukungan historis terhadap agenda budaya ini. Kehadiran Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, menegaskan sinergi antara provinsi dan kota dalam memajukan kebudayaan.
Tidak hanya dari lingkup lokal, dukungan juga datang dari luar daerah dan sektor yang berbeda. Perwakilan Museum Ronggowarsito Semarang dan Kepala Museum Bank Indonesia turut hadir, menunjukkan bahwa pameran Abhinaya Karya 2025 memiliki resonansi yang lebih luas dalam dunia permuseuman dan ekonomi nasional. Ini membuka peluang kolaborasi di masa depan untuk pertukaran koleksi atau pameran bersama yang dapat memperkaya wawasan masyarakat.
Yang tak kalah penting adalah partisipasi dari dunia akademisi. Kehadiran sejumlah arkeolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan bahwa riset dan kajian ilmiah menjadi fondasi kuat di balik kurasi pameran ini. Keterlibatan para ahli memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan memiliki dasar ilmiah yang kuat dan akurat, sehingga pameran tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga kredibel secara keilmuan. Kolaborasi antara museum dan akademisi ini adalah model ideal dalam pengembangan konten pameran yang berkualitas.
Dengan durasi penyelenggaraan selama satu bulan penuh Dari tanggal 3 Juni sampai 13 Juli 2025, pameran Abhinaya Karya 2025 diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan angka kunjungan wisata ke Yogyakarta, terutama dari luar daerah. Ini adalah kesempatan emas bagi wisatawan untuk tidak hanya menikmati keindahan alam dan keramahan kota, tetapi juga menyelami kekayaan sejarah ekonomi dan budaya Indonesia.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...