by ifid|| 05 Juni 2025 || || 31 kali
Yogyakarta, 3 Juni 2025 – Malam Selasa yang syahdu di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY) bukan sekadar malam biasa. Ini adalah panggung dari sebuah perhelatan seni yang monumental, di mana tradisi bertemu modernitas dalam balutan orkestra yang memukau. Sebanyak 1.100 lebih pasang mata memadati setiap sudut ruang, terhanyut dalam setiap nada yang mengalun, menikmati suguhan “Orkestra Pop Jawa” yang tak hanya menghibur, tetapi juga sarat makna dan inovasi.
Taman Budaya Yogyakarta, sebagai unit pelaksana teknis dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali membuktikan perannya sebagai motor penggerak kebudayaan. Kali ini, mereka mengusung tema Pop Jawa, sebuah pendekatan cerdas untuk mendekatkan kekayaan musik daerah kepada khalayak yang lebih luas. Melalui event ini, lagu-lagu populer berbahasa Jawa yang telah menjadi bagian dari kultural masyarakat kita, dihadirkan kembali dalam kemasan musik orkestra yang megah dan penuh warna, menciptakan dialog harmonis antara masa lalu dan masa kini.
Acara yang berlangsung penuh semangat ini dipandu oleh dua pembawa acara kondang, Alit Jabang Bayi dan Putri Manjo. Dengan luwes, hangat, dan sentuhan humor khas Yogyakarta, mereka berhasil membangun suasana yang santai namun tetap menghormati keagungan pertunjukan orkestra. Candaan cerdas dan interaktif mereka mencairkan suasana, membuat penonton merasa lebih dekat dan antusias sepanjang pentas. Malam itu menjadi saksi bisu bahwa musik orkestra bukan sekadar panggung hiburan, melainkan sebuah panggung revitalisasi dan aktualisasi budaya yang berharga.
Spirit Revitalisasi: Menghidupkan Kembali Lagu-Lagu Jawa
Tema Pop Jawa dipilih dengan tujuan mulia: menjadi bentuk pendekatan budaya yang lebih akrab dan relevan dengan masyarakat lokal. Pagelaran ini secara khusus menampilkan gubahan ulang lagu-lagu populer Jawa yang dianggap sebagai karya hits dari masa ke masa, dibalut dalam format orkestra yang megah. Ini merupakan langkah kreatif dan berani untuk mengangkat kembali kekayaan musik tradisional dan kontemporer Jawa dengan pendekatan artistik khas musik klasik Barat.
Selama ini, musik orkestra seringkali diasosiasikan dengan budaya Barat atau Eropa. Namun, dalam pertunjukan ini, format orkestra dikolaborasikan secara apik dengan nuansa lokal, menghasilkan karya yang unik, segar, dan sarat nilai kebudayaan. Ini adalah bukti nyata bagaimana tradisi dan modernitas bisa berdialog secara harmonis, bahkan saling memperkaya.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, dalam sambutannya menegaskan pentingnya bahasa Jawa sebagai medium ekspresi: "Bahasa Jawa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga medium ekspresi rasa, nilai, dan identitas. Lagu-lagu berbahasa Jawa menyimpan kekayaan rasa, irama, dan filosofi hidup yang patut kita hargai. Maka, melalui Musik Orkestra Taman Budaya ini, kita memberi ruang baru bagi lagu-lagu tersebut untuk lahir kembali, tidak hanya sebagai nostalgia, tetapi sebagai karya yang hidup, tumbuh, dan relevan bagi generasi masa kini."
Sebagaimana kita pahami bersama, musik orkestra adalah bentuk seni yang sarat keindahan, kedalaman, dan kekayaan makna. Di dalamnya, para pemusik tampil sebagai pemain sekaligus sebagai pencipta dan penafsir. Lebih dari sekadar pertunjukan, musik orkestra juga menjadi media yang mampu menyentuh perasaan, membangkitkan inspirasi, membuka dialog, dan membangun kesadaran kritis terhadap dunia musik yang terus berkembang. Musik, dalam kekuatannya, mampu menyampaikan hal-hal yang tidak selalu bisa diucapkan dengan kata-kata.
Jembatan Kolaborasi: Menganyam Gagasan dan Genre
Pagelaran Orkestra Pop Jawa ini merupakan bagian dari rangkaian dialog dan penciptaan yang lebih luas. Ini adalah ruang pertemuan antara generasi, genre, dan nilai-nilai tradisi. Lagu-lagu keroncong yang syahdu, campursari yang penuh semangat, dangdut Jawa yang energik, hingga pop Jawa yang modern, semuanya diaransemen ulang secara kreatif. Aransemen tersebut tidak hanya menjaga esensi lagu aslinya, tetapi juga memberikan sentuhan baru yang menghadirkan pengalaman musikal yang berbeda dan tak terlupakan.
Pendekatan inovatif seperti ini menjadi jembatan antara generasi muda dan musik tradisional, serta menjadi bentuk inovasi yang mendorong pelestarian budaya dengan cara yang lebih dinamis dan inklusif. Proses kreatif di balik layar pun tak kalah menariknya. Dra. Purwiati, Kepala UPT Taman Budaya Yogyakarta, menjelaskan bahwa acara megah ini berhasil terlaksana atas kerja sama orang-orang hebat di baliknya.
"Narasumber luar biasa dari penyelenggara acara ini adalah Paksi Raras Alit, Andry Priyanta, dan Andi Sulistiyanto," jelas Dra. Purwiati. "Narasumber menentukan konsep dan tema kegiatan bekerja sama dengan para musisi dari berbagai latar belakang. Dengan demikian, kegiatan ini menjadi wajah kolaboratif yang tidak hanya pertunjukan musikal, tetapi juga pertukaran gagasan antargenerasi." Inilah wujud nyata dari sebuah perhelatan seni yang dibangun dengan penuh dedikasi, tidak hanya indah, tetapi juga bermakna.
Acara dibuka dengan penampilan yang sangat menggemaskan dan menjanjikan, yaitu dari Vokal Art for Children, sebuah kelompok vokal anak-anak binaan Taman Budaya Yogyakarta. Penampilan mereka yang polos dan penuh semangat berhasil mencuri perhatian sejak awal. Lagu-lagu daerah yang dibawakan dengan aransemen sederhana namun menyentuh, memberikan gambaran cerah tentang potensi regenerasi seni vokal tradisional di kalangan anak-anak di masa depan.
Puncak Pertunjukan dan Gaung Warisan Budaya
Puncak acara yang paling ditunggu-tunggu adalah penampilan orkestra TBY yang dipimpin oleh konduktor kawakan Boris Sirait. Ia memimpin jalannya pertunjukan dengan presisi tinggi dan ekspresi yang memikat. Kolaborasi antara musik klasik dan elemen khas Jawa terasa begitu harmonis dan menyentuh jiwa, membuktikan bahwa seni memiliki kekuatan luar biasa untuk mempertemukan dua dunia yang berbeda namun saling melengkapi.
Deretan musisi dan vokalis yang tampil malam itu turut memberikan warna tersendiri dalam pertunjukan yang epik ini. Mereka adalah Anting, Azid Dewa, Nufi Wardhana, Anto Gntz, King Gaseng, Bagus Faizal, dan Hasantoys. Dengan kepiawaian mereka, lagu-lagu populer Jawa dibawakan dalam versi orkestra yang telah diaransemen ulang dengan sangat apik. Penampilan mereka tidak hanya menonjolkan kualitas vokal dan musikalitas yang tinggi, tetapi juga memancarkan kecintaan mendalam mereka terhadap budaya Jawa. Beberapa lagu bahkan sukses mengajak penonton bernyanyi bersama, menciptakan atmosfer yang akrab dan penuh semangat kebersamaan yang membekas.
Tingginya antusiasme penonton terlihat jelas dari padatnya tempat duduk yang tersedia. Penonton dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak-anak hingga lansia, terlihat menikmati setiap momen pertunjukan hingga akhir acara. Hal ini menandakan tingginya apresiasi masyarakat terhadap pertunjukan seni yang berhasil menggabungkan tradisi dan inovasi dengan begitu indah.
Melalui pertunjukan Orkestra Pop Jawa ini, Taman Budaya Yogyakarta menunjukkan perannya yang vital tidak hanya sebagai pusat pertunjukan seni, tetapi juga sebagai motor pelestarian budaya yang peka terhadap perkembangan zaman. Dengan memadukan kekayaan musik tradisional Jawa dan kemewahan suasana orkestra, TBY berhasil menyuguhkan pertunjukan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menggugah kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga warisan budaya melalui pendekatan yang kreatif, inklusif, dan relevan dengan semangat zaman. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi pemantik semangat bagi generasi muda untuk lebih mencintai dan mengeksplorasi potensi bahasa dan lagu berbahasa daerah, serta menjadi benih bagi tumbuhnya ekosistem musik yang inklusif, kritis, dan terus berkembang di masa depan.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...