by ifid|| 18 Juni 2025 || || 74 kali
Yogyakarta, kota yang kaya akan warisan budaya dan sejarah, baru saja menjadi tuan rumah perhelatan penting dalam kancah diplomasi budaya internasional. Dari tanggal 18 hingga 21 Juni 2025, Asia-Europe Foundation (ASEF) bersama Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kebudayaan Indonesia sukses menggelar ASEF LinkUp 2025. Mengusung tema "Rethinking Cultural Diplomacy Together," acara ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan sebuah laboratorium gagasan yang berupaya merajut masa depan diplomasi budaya yang lebih setara dan berkelanjutan.
Program ini, yang telah memasuki tahun ketiga sejak pertama kali diadakan di Singapura pada 2023, selalu menjadi platform vital bagi para profesional budaya dan perwakilan pemerintah dari 51 negara mitra Asia-Europe Meeting (ASEM). Di Yogyakarta, 20 peserta terpilih dari Asia dan Eropa, terdiri dari 10 perwakilan pemerintah di sektor seni dan budaya serta 10 profesional budaya (seniman, produser, manajer seni, kurator, hingga jurnalis budaya), berkumpul untuk menyelaraskan kebijakan dan praktik di lapangan. Keberagaman inilah yang menjadi kekuatan utama ASEF LinkUp, memungkinkan sinergi mendalam antara pembuat kebijakan dan praktisi.
ASEF LinkUp 2025 di Yogyakarta memiliki makna yang lebih mendalam, terinspirasi oleh filosofi gotong royong Indonesia yang menekankan kerja sama dan dukungan timbal balik antar negara. Semangat ini selaras dengan tema ArtJog 2025, “Motif: Amalan,” yang juga berfokus pada upaya kolektif dalam pengembangan budaya. Pendekatan ini menegaskan pentingnya kolaborasi untuk mendorong inovasi, mendukung kemakmuran, dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan dalam ranah budaya.
Dalam sambutan pembukaannya, perwakilan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menyoroti mengapa Yogyakarta adalah tuan rumah yang tepat untuk pertemuan penting ini. "Kota ini bukan hanya pusat seni, budaya, dan ekonomi kreatif, tetapi juga jantung filosofis sejarah Indonesia tempat tradisi dilestarikan sambil merangkul inovasi dan pertukaran global. Yogyakarta adalah rumah bagi institusi budaya dan wirausaha kreatif yang dinamis, yang saya yakini akan sangat diuntungkan dari dan berkontribusi pada program ASEF LinkUp ini," ujarnya. Dukungan penuh dari mitra lokal seperti Keraton Yogyakarta, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan ArtJog Festival semakin memperkuat posisi Yogyakarta sebagai titik pertemuan penting untuk mempererat kerja sama internasional di bidang budaya.
Selama empat hari yang intens, para peserta ASEF LinkUp 2025 terlibat dalam serangkaian lokakarya, diskusi mendalam, dan sesi bersama para ahli. Fokus utama mereka adalah menggali strategi praktis dalam menciptakan ekosistem budaya yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Tujuan besar program ini adalah untuk memperkuat hubungan budaya antara Asia dan Eropa, sekaligus membuka ruang bagi pertukaran pengetahuan antara sektor budaya dan pemerintahan.
Tema "Cultural Diplomacy as a Collective Responsibility: Perspectives from Asia and Europe" menjadi inti dari setiap diskusi. Tema ini sangat relevan dengan konteks global saat ini, di mana diplomasi budaya semakin diakui sebagai alat penting untuk membangun jembatan pemahaman dan kerja sama antar bangsa. Dengan memperingati ulang tahun ke-20 Konvensi UNESCO 2005 tentang Perlindungan dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya, dan menatap MONDIACULT 2025, edisi ASEF LinkUp kali ini menjadi sangat strategis. Para peserta diajak untuk bersama-sama mengeksplorasi pendekatan inovatif terhadap partisipasi kolektif dalam seni dan budaya, dengan fokus khusus pada Asia Tenggara dan Indonesia.
Kementerian Kebudayaan Indonesia sendiri menunjukkan komitmen penuhnya terhadap program ASEF LinkUp ini, bahkan dengan memberikan dukungan pendanaan. Hal ini mencerminkan mandat mereka untuk menggunakan budaya sebagai medium diplomasi internasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dukungan ini mempertegas peran sentral budaya dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
Tak hanya itu, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini, mengirimkan perwakilan sebagai bentuk dukungan mewakili sektor pemerintahan. Hal ini menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung diplomasi budaya. Selain itu, Museum Negeri Sonobudoyo menjadi salah satu lokasi penyelenggaraan kegiatan ASEF LinkUp, menyediakan ruang yang kaya akan sejarah dan budaya bagi para peserta untuk berinteraksi dan berdiskusi.
Para peserta diharapkan tidak hanya berdialog, tetapi juga menghasilkan luaran konkret yang memiliki keberlanjutan jangka panjang. Salah satu harapan besar dari penyelenggara adalah terbentuknya persahabatan antar profesional budaya yang akan memperkuat jaringan dan kolaborasi jangka panjang. Peningkatan kapasitas bagi seniman dan perwakilan sektor publik diharapkan dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam manajemen budaya. Selain itu, ada antusiasme untuk pengembangan daftar periksa atau panduan praktis untuk inklusivitas budaya dalam proyek dan institusi, serta rekomendasi kebijakan untuk pemangku kepentingan diplomasi budaya—terutama mengenai isu-isu inklusivitas dan hak-hak budaya.
Pada akhirnya, diharapkan terjadi peningkatan apresiasi dan keterlibatan internasional dengan seni Indonesia, serta terjalinnya koneksi yang lebih kuat antara seniman Indonesia dan komunitas kreatif global.
ASEF LinkUp 2025 di Yogyakarta juga dirancang untuk menciptakan sinergi dengan berbagai acara budaya lokal yang prestisius. Ada kegembiraan besar mengenai potensi kolaborasi antara ASEF LinkUp dengan Pembukaan ArtJog pada 20 Juni 2025 dan Orkestra Gamelan Keraton Yogyakarta pada 21 Juni 2025. Acara-acara ini menjadi kesempatan emas untuk memperluas jaringan seniman lokal dan memperkenalkan kekayaan seni pertunjukan Indonesia kepada audiens internasional.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, para peserta juga berkesempatan menikmati suguhan istimewa berupa tarian Bedhaya Bugis atau "Bugis Rananggana". Tarian ini diilhami dari Beksan Bugis gaya Yogyakarta, sebuah karya Patih Danurejo V yang telah mendapat legitimasi dari Sultan HB VII dan menjadi salah satu "Beksan Kagungan Dalem" Kraton Yogyakarta. "Bugis Rananggana" yang dikoreografikan oleh KRT. Wijoyopuro ini, menggambarkan tentang sikap siaga dan sifat patriotis yang dimiliki Bregada Prajurit Bugis Kraton Yogyakarta. Sikap inilah yang diharapkan menjadi pondasi bagi seseorang untuk mampu berkarir seiring dengan kemajuan zaman, sebuah pesan yang relevan bagi para peserta LinkUp dalam mengembangkan diplomasi budaya.
Penyelenggara sangat mendorong partisipasi seniman Indonesia, khususnya dari Yogyakarta, dan berharap dapat melihat sesi publik, baik daring maupun luring, yang dapat diakses oleh seniman lokal dan penggemar budaya di wilayah tersebut. Ini adalah wujud nyata dari semangat inklusivitas yang diusung oleh ASEF LinkUp, memastikan bahwa manfaat program tidak hanya dinikmati oleh peserta terpilih, tetapi juga berdampak lebih luas pada komunitas seni lokal.
ASEF LinkUp 2025 di Yogyakarta telah membuktikan dirinya sebagai forum yang produktif untuk dialog, berbagi pengalaman, dan menghasilkan ide-ide inovatif yang akan meningkatkan diplomasi budaya. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, praktisi budaya, dan masyarakat sipil—termasuk partisipasi aktif dari Dinas Kebudayaan DIY dan suguhan seni yang mendalam—ada keyakinan bahwa model kerja sama yang berkelanjutan dapat tercipta, mendorong maju ekonomi kreatif yang lebih dinamis dan inklusif. Yogyakarta, dengan semangat gotong royong dan kekayaan budayanya, telah menjadi saksi bisu dan pendorong utama dalam upaya merajut masa depan diplomasi budaya yang lebih cerah dan setara bagi Asia dan Eropa.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...