Revolusi Seni di Jogja: ARTJOG 2025 Angkat Tema 'Amalan', Siap Ubah Cara Pandangmu!

by ifid|| 22 Juni 2025 || || 729 kali

...

Yogyakarta, 20 Juni 2025 – Angin malam yang membawa kehangatan khas Jogja seolah menyambut. Langit di atas Jogja National Museum (JNM) berpendar terang, diterangi lampu-lampu sorot yang memeluk bangunan bersejarah ini. Jumat sore, ini bukan sembarang sore. Ini adalah sore pembukaan ARTJOG 2025, sebuah perhelatan seni rupa kontemporer tahunan yang jauh melampaui sebutan "pameran biasa". Dengan tema besar "Motif: Amalan", edisi ketiga dari seri Motif ini telah dinanti semua kalangan, dari kolektor seni kawakan hingga anak-anak yang baru mengenal guratan warna.

“Lebaran seni,” begitulah sebagian besar orang menjuluki ARTJOG. Namun, tahun ini, julukan itu terasa semakin pas, bukan hanya karena gegap gempitanya, melainkan karena filosofi mendalam yang diusungnya. Tema “Motif: Amalan” merangkum esensi bahwa seni adalah sebuah "laku" atau tindakan nyata. Ini bukan lagi sekadar karya yang dinikmati secara visual, melainkan kontribusi konkret bagi kehidupan dan masyarakat. ARTJOG 2025 adalah ajakan untuk melihat seni sebagai mesin penggerak kebaikan, sebuah ruang ekspresi lintas generasi yang inklusif dan inspiratif.

Suara Acapella Mataraman yang merdu mengalun, memecah kesibukan para tamu undangan yang memenuhi area pembukaan. Setelah lantunan syahdu itu mereda, panggung diambil alih oleh Direktur ARTJOG, Heri Pemad, yang dengan antusias menyambut hadirin. Kemudian, kurator tamu, Hendro Wiyanto, memberikan pencerahan yang menjadi benang merah ARTJOG tahun ini. "Ketika Amalan dimaknai secara lebih longgar," Hendro menjelaskan dengan suara meneduhkan, "ia bertujuan untuk memberikan sepenuh-penuhnya apa yang kita bisa kerjakan… Karya seni bukan imajinasi kosong, melainkan sebuah keyakinan estetika dari sebuah tindakan yang bisa menjadi landasan atas segala keputusan." Ia menekankan bahwa meskipun bentuk amalan seni tidak dapat dilihat secara gamblang, sesungguhnya para seniman senantiasa berupaya menciptakan kebaikan bersama lewat karya-karya mereka. Seni, baginya, adalah pendorong tindakan nyata, inspirasi, bahkan kritik terhadap ketidaksesuaian dengan cita-cita luhur tentang kebaikan dan keadilan.

Peran Pemerintah Daerah dan Regenerasi Seniman Muda: Dukungan Konkret dari DIY

Gelaran ARTJOG tak akan semarak ini tanpa dukungan kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah. Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY turut ambil peran aktif dan memberikan sokongan vital, terutama dalam mendukung regenerasi seniman muda. Puncak dari dukungan ini adalah program Young Artist Award (YAA) 2025, sebuah ajang bergengsi yang telah diikuti oleh 16 seniman muda berbakat di bawah usia 35 tahun.

Pada sore pembukaan yang sakral ini, antusiasme memuncak ketika nama-nama pemenang diumumkan. Tim juri, yang terdiri dari seniman kawakan Eko Nugroho dan tim kurator ARTJOG, telah bekerja keras menyeleksi karya-karya terbaik berdasarkan kesesuaian tema, eksplorasi medium, serta kebaruan gagasan dan presentasi. Akhirnya, tiga nama terpilih sebagai penerima penghargaan bergengsi ini: Faelerie dari Wonosobo, S. Urubingwaru dari Kediri, dan Veronica Liana dari Surabaya.

Momen yang paling mengharukan adalah ketika Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, secara langsung menyerahkan uang pembinaan kepada ketiga seniman muda tersebut. "Ini adalah bentuk komitmen kami untuk memastikan ekosistem seni rupa di DIY terus berkembang, dengan memberikan ruang dan dukungan bagi talenta-talenta muda," ujar Dian Lakshmi Pratiwi dengan senyum bangga. "Kami percaya, regenerasi seniman adalah kunci keberlanjutan budaya kita."

Penghargaan YAA ini bukan sekadar insentif finansial, melainkan sebuah pengakuan besar yang akan menjadi katalisator bagi karier seni mereka. Faelerie, dengan karya instalasinya yang sarat makna sosial, mengaku terkejut dan sangat bersyukur. "Penghargaan ini memotivasi saya untuk terus berkarya, menyuarakan isu-isu penting melalui media yang saya kuasai," katanya. Demikian pula S. Urubingwaru yang mengangkat isu-isu lokal dengan sentuhan kontemporer, dan Veronica Liana yang bermain-main dengan material tak lazim dalam karyanya. Mereka adalah bukti nyata bahwa semangat seni di kalangan anak muda Indonesia tidak pernah padam, bahkan semakin menyala.

Pohon Hayat: Simbol Amalan Seni Berkelanjutan dan Orasi Kebudayaan Garin Nugroho

ARTJOG 2025 secara resmi dibuka dengan seremoni simbolis yang penuh makna: pemberian cendera mata Pohon Hayat kepada Sunaryo, seniman sekaligus pendiri Selasar Sunaryo Art Space. Pohon Hayat, dengan akar dan cabangnya yang kokoh, melambangkan kehidupan, pertumbuhan, dan kesinambungan. Dalam konteks ARTJOG, ia menjadi simbol amalan seni berkelanjutan, sebuah pengingat bahwa seni harus terus tumbuh dan memberikan manfaat bagi kehidupan. Ini adalah bentuk apresiasi ARTJOG terhadap peran dan kontribusi beliau yang tak terhingga dalam perkembangan seni rupa Indonesia.

Sunaryo, sosok yang dihormati di jagat seni rupa, dalam sambutannya menggarisbawahi bagaimana sebuah festival seni tak sekadar sebagai perayaan estetika. "Festival seni adalah katalisator ampuh untuk menggeliatkan perekonomian lokal dan sektor pariwisata," tegasnya. Ia juga menekankan urgensi keterlibatan aktif masyarakat dan dukungan sinergis dari pemerintah. "Hal ini penting untuk menumbuhkan kesadaran bahwa seni bukan lagi eksklusif dan hanya milik kalangan tertentu, namun juga bisa menjawab dan menjangkau kebutuhan seluruh elemen di sekitarnya." Harapannya, ARTJOG akan terus menjadi denyut kehidupan budaya di Yogyakarta, memperkuat ekosistem seni, dan menjembatani dialog antara seniman, publik, serta dunia yang terus berubah.

Sebelumnya, budayawan terkemuka, Garin Nugroho, juga telah memberikan orasi kebudayaan yang menggetarkan. Dengan gaya bertutur yang khas, Garin menegaskan kontribusi besar seni, melalui aspek imajinatifnya, dalam membangun sebuah peradaban yang berpijak pada aspek kemanusiaan. "Imajinasi dari karya-karya seni adalah ke berbagai hal yang luar biasa, sebuah kekayaan luar biasa yang dimiliki oleh manusia," ujarnya, "Ketika orang masuk ke dalam museum atau galeri, mereka bisa mengelola perasaan-perasaan kecil kemanusian. Serta muncul pengelolaan pada ruang dan waktu, yang membuat manusia bertumbuh."

Garin bahkan melontarkan kritik tajam namun membangun: "Sebuah bangsa yang tidak menghidupi museum atau galeri seni, maka akan terlahir para pemimpin yang tidak memahami konsep waktu dan ruang bagi masyarakatnya. Dan ketika para pemimpin tidak mengerti tentang konsep itu, maka akan timbul berbagai jenis kehancuran-kehancuran." Orasi ini sontak membuat hadirin terdiam dan merenung, menyadari betapa vitalnya peran seni dalam membentuk karakter sebuah bangsa.

Menggali Makna "Amalan" dalam Praktik Seni: Lebih dari Sekadar Estetika

ARTJOG 2025 – Motif: Amalan adalah puncak dari trilogi MOTIF yang telah dirancang dengan cermat bersama kurator Hendro Wiyanto sejak tahun 2023. Jika dua edisi sebelumnya menggali bentuk dan struktur, kini fokusnya beralih pada praktik seni yang bertindak secara etis dan sosial dalam menciptakan kebaikan bersama. Inilah yang membedakan ARTJOG tahun ini: sebuah upaya serius untuk membaca ulang fungsi karya seni, melampaui nilai estetika semata.

Hendro Wiyanto menjelaskan lebih lanjut tentang kuratorialnya yang revolusioner ini: "Tema Motif: Amalan sendiri bermaksud untuk membaca ulang praktik artistik dan fungsi dari karya seni, selain memuat nilai estetika. Sementara, ketika fungsi seni dipertanyakan, ia justru terlanjur dibayangkan sebagai tindakan." Ia menegaskan bahwa makna "Amalan" pada tema ini tidak terbatas pada definisi kamus yang seringkali mengacu pada 'klise' pahala. "Makna Amalan di sini adalah sebuah laku praksis seniman sebagai subjek aktif pada konteks estetika, sosial, politik, dan sebagainya. Dengan inilah karya seni bisa dipandang sebagai 'hadiah' untuk kebaikan hidup bersama di luar kalkulasi laba-rugi dan kerap tidak bisa ditakar nilainya."

Ini adalah undangan bagi para seniman untuk tidak hanya menciptakan keindahan visual, tetapi juga untuk merespons realitas, menyuarakan keprihatinan, dan menginspirasi perubahan. Dalam koridor "Amalan", setiap guratan kuas, setiap pahatan, setiap instalasi, memiliki potensi untuk menjadi bibit kebaikan yang dapat tumbuh dan menyebar di tengah masyarakat. Ini adalah panggilan untuk seni yang berempati, seni yang berdialog, dan seni yang memberdayakan. ARTJOG 2025 secara eksplisit mendorong seniman untuk lebih sadar akan peran mereka sebagai agen perubahan sosial melalui ekspresi kreatif, menjadikan setiap karya sebagai manifestasi nyata dari komitmen mereka terhadap kebaikan bersama.

Sorotan Karya Komisi: Memanusiakan Alam dan Mengolah Limbah dengan Sentuhan Seni

Program pameran utama ARTJOG 2025 secara khusus menghadirkan dua seniman komisi yang berhasil menerjemahkan tema "Motif: Amalan" dengan cara yang sangat relevan dan menggugah: Anusapati dari Yogyakarta dan REcycle-EXPerience dari Bandung.

Anusapati, dengan kepiawaiannya mengolah material alami, mempersembahkan instalasi megah berjudul SECRET OF EDEN. Karya ini adalah sebuah kritik tajam terhadap praktik eksploitasi hutan dan tambang yang masif, penyebab utama krisis lingkungan global. Di tengah modernitas yang seolah memisahkan manusia dari alam, Anusapati justru menembus batasan tersebut. Ia dengan berani memanfaatkan pohon/kayu mati sebagai material utama karyanya. Batang-batang kayu yang dulunya tegak menjulang, kini dibentuk ulang menjadi struktur yang menggambarkan kerapuhan dan sekaligus kekuatan alam yang terancam. Penempatan karya ini menciptakan lorong-lorong gelap dan terang, seolah mengajak pengunjung menyusuri "surga yang tersembunyi" namun juga "terluka". Untuk melengkapi pengalaman kognitif dan persepsi baru ini, Tony Maryana, seorang seniman suara, merespons instalasi dengan bebunyian yang disengaja. Suara gemerisik daun, gemuruh angin, hingga gema alat berat seolah bercampur, menciptakan suasana yang mencekam namun juga mengajak refleksi mendalam tentang hubungan manusia dan alam. Ini adalah amalan dalam bentuk kesadaran lingkungan, sebuah peringatan dini yang disampaikan melalui bahasa visual dan auditif.

Sementara itu, dalam program ARTJOG Kids, REcycle-EXPerience menunjukkan bagaimana praktik eksperimen dan bermain dapat menjadi solusi kreatif dalam menyikapi limbah padat anorganik. Dengan semangat bermain dan peduli, mereka menciptakan instalasi interaktif berjudul The love for all living creatures. Instalasi ini adalah sebuah "lautan" mainan bekas yang dikumpulkan dari sumbangan pengunjung. Anak-anak diajak untuk menjadi bagian dari karya, menumbuhkan rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini. "Kami ingin menunjukkan bahwa limbah bukan akhir, tapi awal dari kreativitas baru," kata salah satu anggota REcycle-EXPerience. Tidak hanya itu, pengunjung anak-anak juga dapat mengikuti agenda berkarya bersama REcycle-EXPerience. Dengan membawa limbah anorganik dari rumah, mereka dibimbing untuk merangkainya menjadi karya seni baru dalam sesi lokakarya yang penuh keceriaan. Inisiatif ini tidak hanya mendidik tentang daur ulang, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian terhadap bumi kepada generasi masa depan.

Proyek Khusus: Eksplorasi Mendalam Gagasan, Belajar, dan Kolaborasi Lintas Bidang

Program Special Project ARTJOG 2025 menjadi wadah bagi eksplorasi seni yang lebih mendalam, menghadirkan sejumlah presentasi proyek seni dari entitas-entitas yang memiliki pendekatan unik: Murakabi Movement (Yogyakarta), ruangrupa (Jakarta), dan DEVFTO Printmaking Institute (Bali).

Murakabi Movement mempresentasikan Tanah Air βeta, sebuah proyek seni berbasis aktivitas pembelajaran kolaboratif dan interaktif. Proyek ini secara lugas mempertanyakan ulang gagasan mengenai ruang hidup bersama, esensi tanah dan air sebagai fondasi kehidupan. Dengan menghadirkan elemen konstruksi telasah batu, karya ini mengingatkan kita pada pentingnya siklus hidup berkelanjutan, sekaligus mengajak untuk merumuskan ulang hubungan antara tanah, air, dan sesama makhluk hidup. Pengunjung diajak berinteraksi langsung dengan struktur batu, merasakan teksturnya, dan merenungkan koneksi yang hilang antara manusia modern dan lingkungan dasarnya. Ini adalah amalan dalam bentuk pemikiran kritis dan kesadaran ekologis yang meresap ke dalam partisipasi.

Sementara itu, ruangrupa yang dikenal dengan pendekatan kolektif dan edukatifnya, mengubah ruang presentasinya menjadi sebuah taman belajar bersama. Mereka mengedepankan kekayaan konteks lokal sesuai dengan kebutuhan para peserta. Mengacu pada filosofi Perguruan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta pada tahun 1922, ruangrupa menghadirkan model pembelajaran yang tidak bersifat satu arah, melainkan bertumpu pada kolaborasi antara pengajar dan pesertanya. Sebelas peserta terpilih dipertemukan dengan para pengajar dari berbagai latar belakang, termasuk seni rupa, film, musik, arsitektur, dan ekonomi, sekaligus mengalami proses belajar yang tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di ruang-ruang publik dan komunitas. Pada akhir periode, setiap peserta diharapkan membuat satu karya yang nantinya dipamerkan pada perayaan ulang tahun ruangrupa ke-25 pada bulan Oktober mendatang di Jakarta. Ini adalah amalan pendidikan yang memberdayakan dan membuka wawasan.

DEVFTO Printmaking Institute dari Bali, sebuah studio cetak seni grafis yang didirikan oleh Devy Ferdianto pada tahun 2021, juga menampilkan karya-karya cetak grafis yang memukau. Kehadiran mereka di ARTJOG mencerminkan praktik dan dedikasi mereka dalam mengembangkan seni cetak grafis dalam medan seni rupa kontemporer. Berkolaborasi dan menghadirkan karya-karya dari sejumlah seniman ternama, presentasi DEVFTO kali ini tidak hanya menunjukkan kontribusinya bagi para seniman grafis, namun juga membuka ruang bagi publik untuk mendalami perkembangan dunia seni grafis itu sendiri, dari teknik tradisional hingga inovasi modern. Ini adalah amalan pelestarian dan pengembangan teknik seni yang sering terlupakan.

Spotlight dan Performa ARTJOG: Kolaborasi Lintas Disiplin dan Imersi Sensori

ARTJOG 2025 terus berinovasi dengan memperkenalkan program baru bertajuk Spotlight, yang secara eksplisit bertujuan membuka kolaborasi antara dunia seni rupa dengan bidang lain. Tahun ini, Spotlight mempresentasikan karya seni instalasi dari aktor ternama Reza Rahadian, sebagai bagian dari proyek seni untuk memperingati 20 tahun karirnya dalam dunia seni peran. Berkolaborasi dengan sejumlah seniman dan kreator terkemuka, karya ini berpijak pada filsafat Yunani kuno, Eudaimonia, yang dapat diartikan sebagai kebahagiaan sejati yang lahir dari semangat untuk mencapai tujuan bermakna. Instalasi seni ini merupakan momen untuk menemukan keseimbangan hidup, sekaligus menandai proses perjalanan tanpa usai Reza Rahadian, sebagai aktor, dalam memperoleh capaian baru yang bermanfaat bagi orang banyak. Ini adalah amalan refleksi diri dan berbagi pengalaman hidup melalui seni, menunjukkan bahwa seni dapat melampaui batasan profesi.

Tidak kalah memukau adalah program performa•ARTJOG, yang didukung sepenuhnya oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dan akan hadir setiap minggu selama pelaksanaan ARTJOG 2025. Program ini tidak hanya menampilkan penampil dari panggilan terbuka, tetapi secara khusus mengundang Bottlesmoker (Bandung) bersama Rumah Atsiri Indonesia sebagai seniman komisi untuk menerjemahkan tema Motif: Amalan melalui seni pertunjukan. Kolaborasi ini menjanjikan pengalaman multisensori, menggabungkan musik elektronik yang khas Bottlesmoker dengan aroma alami dari Rumah Atsiri, menciptakan imersi total bagi penonton.

performa•ARTJOG juga bekerja sama dengan sejumlah produser pertunjukan untuk menghadirkan beberapa pertunjukan spesial. Bersama Garasi Performance Institute, akan ada karya dari Ishvara Devati (seniman performans) dan Lembana Artgroecosystem (komunitas seni dan agrikultur), yang mungkin akan menghadirkan elemen performa berbasis lahan atau praktik berkelanjutan. Kemudian, bersama Liquid Architecture, akan hadir pertunjukan dari Tralala Blip (grup musisi difabel asal New South Wales), yang menunjukkan inklusivitas dan keberagaman dalam seni. Terakhir, IFI Yogyakarta akan menampilkan penampilan Ko Shin Moon (proyek musik elektronik) dan Rouge, membawa nuansa musik global ke panggung ARTJOG. Ini adalah amalan inklusivitas, kolaborasi, dan perluasan jangkauan seni ke berbagai panca indera.

Program Pendukung dan Inovasi: Ekosistem Seni yang Berdenyut Tiada Henti

Selama penyelenggaraan, ARTJOG 2025 - Motif: Amalan tetap menghadirkan program-program pendukungnya yang telah menjadi bagian integral dari pengalaman festival ini. Program-program ini dirancang untuk memperdalam pengalaman pengunjung, memfasilitasi dialog, dan memperluas dampak positif seni.

Ada Exhibition Tour, di mana pengunjung dapat menjelajahi pameran dengan panduan informatif dari kurator atau relawan yang berpengetahuan luas, memberikan pemahaman lebih dalam tentang setiap karya dan konsep di baliknya. Program Meet the Artist memberikan kesempatan langka bagi publik untuk berinteraksi langsung dengan seniman, mendengarkan cerita di balik inspirasi mereka, dan mengajukan pertanyaan. Ini adalah jembatan yang menghubungkan pencipta dengan penikmat.

Tak lupa, Love ARTJOG adalah kampanye yang mengajak seluruh pihak untuk menunjukkan dukungan dan kecintaan mereka terhadap seni, menciptakan ikatan komunitas yang kuat. Artcare Indonesia berfokus pada keberlanjutan dan dampak sosial, memastikan bahwa seni tidak hanya dinikmati tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat luas. Sementara itu, Jogja Art Weeks adalah serangkaian acara seni yang tersebar di berbagai galeri dan ruang seni di seluruh Yogyakarta, yang semakin memperkaya tawaran budaya di kota ini selama ARTJOG berlangsung.

Produk Merchandise Project tahun ini lebih ramai dengan kolaborasinya bersama beberapa seniman, kreator, dan brand. Dari kaus bergambar karya seniman, tote bag, hingga barang-barang rumah tangga dengan sentuhan artistik, proyek ini memungkinkan pengunjung membawa pulang sepotong pengalaman ARTJOG, sekaligus mendukung ekonomi kreatif para seniman dan UMKM lokal. Ini adalah amalan ekonomi kreatif yang memberdayakan.

Selain itu, ARTJOG 2025 juga memperkenalkan program baru, antara lain The Others Lab. Ini adalah ruang eksperimen dan eksplorasi yang memberikan kesempatan bagi seniman untuk mengembangkan gagasan-gagasan baru di luar format pameran konvensional. The Others Lab mendorong inovasi, keberanian artistik, dan pemikiran di luar kotak, menjadikannya inkubator bagi ide-ide seni masa depan.

Dengan beragam presentasi karya dan aktivitas seni yang terkurasi dengan cermat, ARTJOG 2025 - Motif: Amalan diharapkan dapat terus memperkaya wacana seni, membangun ekosistem seni yang berkelanjutan, dan menjadi ruang di mana seni tidak hanya dinikmati secara visual, tetapi juga menjadi motor penggerak kebaikan dan perubahan positif dalam masyarakat. Festival ini berlangsung hingga 31 Agustus 2025 di Jogja National Museum, Yogyakarta. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari "amalan" seni yang transformatif ini!

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta