Gaung "Ngrembaka" dari Pentas Seni Kalurahan Budaya DIY di Pentas Selasa Wagen

by ifid|| 02 Juli 2025 || 179 kali

...

Teras Malioboro, 1 Juli 2025 – Sejuknya angin sore di jantung kota Yogyakarta menjadi saksi bisu semaraknya gelaran Pentas Seni Kalurahan Budaya DIY pada Selasa Wagen, 1 Juli 2025. Berlokasi strategis di Amphitheater Teras Malioboro 1 Beskalan, acara yang dimulai tepat pukul 15.30 WIB ini sukses memukau ratusan pasang mata, menyajikan kekayaan budaya yang berdenyut dari berbagai kalurahan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Gelaran ini tak hanya menjadi tontonan, melainkan sebuah perayaan budaya yang diinisiasi untuk mengusung tema “Ngrembaka”.

Istilah Jawa yang sarat makna ini berarti “berkembang”, sebuah filosofi mendalam yang menandakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kemajuan dan inovasi yang tetap berakar kuat pada nilai-nilai budaya luhur. Harapan besar tersemat, bahwa Pentas Seni Kalurahan Budaya Selasa Wagen ini dapat memberikan dampak positif, membawa kesejahteraan bagi masyarakat luas dan seluruh pelaku seni di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Acara dibuka secara resmi oleh Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY. Dalam sambutannya beliau menyampaikan apresiasi mendalam atas terselenggarakannya acara ini. Beliau secara lugas menekankan pentingnya peran strategis kalurahan budaya sebagai garda terdepan dalam upaya pelestarian, pengembangan, dan revitalisasi seni tradisi di era modern ini. "Pentas seni ini adalah wujud nyata komitmen kita bersama untuk menjaga api kebudayaan tetap menyala, mempersembahkan karya-karya terbaik dari kalurahan-kalurahan budaya kita," ucap Dian Lakshmi, menegaskan bahwa warisan leluhur harus terus hidup dan beradaptasi.

Pentas Seni Kalurahan Budaya ini bukan sekadar sebuah pertunjukan biasa. Ini adalah sebuah bentuk pergelaran kebudayaan yang menarik serta komunikatif, yang didesain secara khusus dengan menampilkan unsur koreografi pertunjukan yang kaya. Dengan demikian, diharapkan setiap karya yang disajikan dapat dinikmati, dihayati, dan diapresiasi secara mendalam oleh seluruh lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga dewasa, dari warga lokal hingga wisatawan mancanegara.

Mengusung tema besar “Ngrembaka”, kata tersebut secara inheren dikutip dari istilah Jawa yang kaya makna. Yang dimaksud dengan “Ngrembaka” adalah berkembang. Ini bukan hanya tentang perkembangan fisik atau ekonomi semata, namun lebih dalam lagi, menandakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kemajuan dan inovasi yang tetap kokoh berakar pada nilai-nilai budaya luhur. Nilai-nilai inilah yang menjadi pondasi, identitas, dan kekuatan kita sebagai masyarakat Yogyakarta.

Dengan harapan yang tulus, Pentas Seni Kalurahan Budaya Selasa Wagen ini dapat memberikan kesejahteraan yang berkesinambungan bagi masyarakat, dan secara khusus bagi para pelaku seni yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk menjaga dan mengembangkan warisan budaya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Mari kita bersama-sama merayakan kebudayaan kita!”

Kolaborasi Lintas Sektor dan Jembatan Budaya Antarprovinsi: Sinergi untuk "Ngrembaka"

Kehadiran sosok penting lainnya turut memeriahkan gelaran Pentas Seni Kalurahan Budaya DIY ini. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY,  Srie Nurkyatsiwi, turut hadir dalam gelaran ini. Kehadirannya bukan sekadar bentuk dukungan, melainkan menunjukkan komitmen kuat pemerintah daerah dalam mendukung sinergi antara sektor budaya dan pengembangan ekonomi kreatif. Diharapkan, pementasan seni yang kaya ini tidak hanya melestarikan tradisi semata, tetapi juga secara aktif membuka peluang baru bagi para pelaku UMKM lokal untuk tumbuh, berinovasi, dan berkembang, sehingga tercipta ekosistem ekonomi yang berkelanjutan berbasis budaya.

Suasana semakin istimewa dengan kehadiran tamu terhormat dari luar lingkup DIY. Panggung Teras Malioboro 1 mendapat kehormatan dengan kehadiran delegasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung. Para perwakilan dari Lampung tampak antusias mengamati setiap pertunjukan yang disajikan, aktif menjajaki potensi kolaborasi dan pertukaran budaya yang menjanjikan di masa depan. Ini menjadi penanda yang kuat bahwa semangat "Ngrembaka" juga membuka pintu bagi jalinan kebudayaan lintas provinsi, memperkaya khazanah budaya nasional melalui interaksi dan saling belajar antar-daerah.

Momen pertukaran cinderamata antara pejabat dari Lampung dan Yogyakarta menjadi simbol eratnya jalinan kerja sama dan niat baik untuk saling mendukung dalam pelestarian dan pengembangan budaya. Interaksi ini menunjukkan bahwa budaya adalah bahasa universal yang mampu menyatukan, membangun jembatan persahabatan, dan membuka ruang-ruang baru untuk pertumbuhan bersama.

Jejak Budaya dari Sebelas Kalurahan Unggulan: Pesona Ragam Tradisi di Teras Malioboro

Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Kundha Kabudayan DIY, Pentas Seni Kalurahan Budaya kali ini benar-benar menampilkan kekuatan dan keragaman dari sebelas kalurahan terpilih yang siap menghipnotis penonton. Masing-masing kalurahan membawakan pertunjukan yang unik dan otentik, memancarkan ciri khas dan kedalaman makna dari warisan budaya yang mereka jaga.

Berikut adalah daftar lengkap penampil yang sukses membuat Teras Malioboro 1 bergemuruh dengan apresiasi dan decak kagum:

  1. Kalurahan Sinduadi, Sleman: Membuka pertunjukan dengan "Patet Minor," sebuah karya yang memukau. Tarian ini mengambil inspirasi dari lagu-lagu Jawa kuno populer seperti "Getuk," namun dikemas dengan sentuhan modern yang apik, memadukan harmoni musik tradisional dengan koreografi kontemporer yang segar.
  2. Kalurahan Brosot, Kulon Progo: Mempersembahkan "Reok Wayang Angle Luri," sebuah seni pertunjukan rakyat yang sudah sangat dikenal dan dicintai. Pertunjukan ini mengisahkan semangat tak kenal lelah anak-anak dalam belajar dan berupaya melestarikan tradisi Reok Wayang, memastikan bahwa warisan ini terus hidup di tangan generasi penerus.
  3. Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung: Sebagai tamu kehormatan yang turut berpartisipasi, mereka menampilkan dua pertunjukan memukau. Pertama, "Tari Triwirama," sebuah tarian yang sarat simbolisasi, melambangkan persatuan beragam budaya dan semangat muda yang membara dalam melestarikan warisan Indonesia. Kedua, mereka membawakan "Lapah Jejama," sebuah komposisi musik yang menginterpretasikan semangat pelestarian budaya Lampung melalui perpaduan harmonis suara tradisional dan kontemporer.
  4. Kalurahan Bendung, Gunungkidul: Mempertunjukkan "Busur Warisan," sebuah tarian yang secara indah menggambarkan perjalanan seorang anak dalam mewarisi keterampilan memanah dari ibunya. Pertunjukan ini secara kuat menekankan pentingnya kearifan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.
  5. Kalurahan Wukirsari, Bantul: Mempresentasikan "Selawat Rodat," sebuah bentuk seni tradisional yang kaya akan nuansa spiritual. Pertunjukan ini memadukan gerakan tari yang ritmis dengan alunan suara, di mana para penari tampil mengikuti irama rebana dan jedor yang dinamis sambil melantunkan pujian kepada Nabi.
  1. Kalurahan Logandeng, Gunungkidul: Menampilkan "Campursari Guyup Lestari," sebuah persembahan yang terinspirasi dari perjuangan dan dedikasi Mantous dalam mempopulerkan musik Campursari di Gunung Kidul. Pertunjukan ini adalah wujud penghormatan terhadap upaya pelestarian musik daerah yang terus digalakkan.
  2. Kalurahan Bugel, Kulon Progo: Mempertunjukkan "Dramatari Nayoko Droho," sebuah drama tari yang mengisahkan perjuangan tak tergoyahkan demi kebenaran. Kisah ini berpusat pada tokoh Ki Daruno dan Nidaruni, pengikut setia Pangeran Diponegoro, yang berjuang melawan ketidakadilan.
  3. Kalurahan Wiladeg, Gunungkidul: Mempresentasikan "Reok Taruna Sakti," sebuah pertunjukan Reok khas Gunung Kidul. Karya ini secara heroik menggambarkan semangat juang para prajurit di bawah kepemimpinan Kerto Yudo, memancarkan keberanian dan patriotisme.
  4. Kalurahan Parangtritis, Bantul: Membawakan "Dramatari Janji Misteri," sebuah drama tari yang penuh intrik dan petualangan. Kisah ini mengikuti perjalanan Pangeran Danang Sutowijoyo dalam pencariannya untuk menaklukkan Alas Mentao dan mendirikan sebuah kerajaan di tanah Jawa, sebuah legenda yang terus hidup dalam ingatan kolektif.
  5. Kalurahan Sendangsari, Bantul: Menampilkan "Reok Satria Nagari," sebuah pertunjukan Reok yang terinspirasi dari salah satu episode paling menyentuh dalam kisah Ramayana, yaitu tentang cinta Kumbokarno yang begitu besar terhadap negerinya. Pertunjukan ini sarat akan pesan moral dan pengorbanan.
  6. Kalurahan Banyurejo, Sleman: Mempresentasikan "The Barong Senja," sebuah drama tari Jatilan yang menghadirkan kisah cinta yang kompleks dan penuh nuansa antara Kiai Barong dan Nyai Barong. Pertunjukan ini kaya akan elemen mistis dan folkloris yang memikat.

Antusiasme penonton terlihat jelas dan terasa kuat di seluruh area Amphitheater Teras Malioboro 1. Tepuk tangan meriah dan sorakan kagum tak henti mengiringi setiap penampilan, menjadi bukti nyata bahwa seni dan budaya Yogyakarta memiliki daya pikat yang tak lekang oleh waktu. Setiap gerakan tari, setiap alunan musik, dan setiap dialog drama berhasil menyentuh hati dan pikiran para penonton.

Malioboro, Etalase Budaya yang Terus "Ngrembaka"

Pentas Seni Kalurahan Budaya pada Selasa Wagen, 1 Juli 2025, ini tidak hanya sekadar pertunjukan seni. Ini adalah penegasan kembali posisi tak tergantikan Yogyakarta sebagai jantung kebudayaan Indonesia, sebuah kota yang tak pernah lelah merayakan dan melestarikan warisan adiluhung nenek moyang. Melalui gelaran semacam ini, yang diharapkan dapat terus diselenggarakan secara rutin, masyarakat semakin termotivasi untuk mencintai, memahami, dan bangga akan warisan budaya mereka sendiri. Lebih dari itu, acara ini juga secara simultan membuka jalan lebar bagi pengembangan potensi ekonomi yang berkelanjutan berbasis budaya.

Teras Malioboro 1, dengan lokasinya yang strategis dan atmosfernya yang hidup, terbukti menjadi lokasi yang ideal untuk menjadi etalase budaya. Di sinilah, tradisi bertemu dengan modernitas, dan masa lalu berpadu harmonis dengan masa kini, menciptakan sebuah ruang interaksi yang dinamis antara seniman, masyarakat, dan wisatawan.

Semangat "Ngrembaka" – yang berarti berkembang – benar-benar terasa di setiap sudut acara ini. Ia bukan hanya sekadar tema, melainkan sebuah filosofi yang meresap dalam setiap gerak dan nada, membawa harapan akan masa depan budaya dan kesejahteraan masyarakat DIY yang terus tumbuh, berinovasi, dan melambung tinggi. Dengan terus digelarnya Pentas Seni Kalurahan Budaya ini, Yogyakarta tidak hanya melestarikan identitasnya, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa budaya adalah kekuatan pendorong kemajuan dan kesejahteraan yang tak terbatas.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta