by ifid|| 03 Juli 2025 || || 92 kali
Kundha Kabudayan DIY 2 Juli 2025 – Ruang Bima Dinas Kebudayaan DIY menjadi saksi bisu perayaan tak benda yang mepesona: Workshop Hari Kebaya Nasional 2025. Acara ini tak hanya sekadar ajang berkumpul, melainkan sebuah simfoni perpaduan antara kekayaan tradisi dan inovasi masa kini, menegaskan kembali posisi kebaya sebagai adibusana dan penanda identitas perempuan Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Workshop ini diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan DIY dengan tujuan untuk menjadikan kebaya sebagai gerakan sosial dan ekonomi, serta memberdayakan UMKM perempuan.
Gelaran workshop ini terasa istimewa, menandai sebuah momentum penting menjelang peringatan Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada 24 Juli mendatang. Penetapan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional oleh pemerintah Indonesia, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023, membuktikan upaya pemerintah untuk melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan kebaya sebagai warisan budaya tak benda yang tak ternilai. Para peserta, yang terdiri dari berbagai kalangan—mulai dari pegiat budaya, desainer muda, pelaku usaha kain tradisional, hingga masyarakat umum yang antusias—memadati ruangan dengan semangat kebersamaan yang kental. Aura kebanggaan akan warisan budaya terpancar jelas dari setiap wajah yang hadir.
Acara dibuka dengan penuh khidmat, ditandai dengan pembacaan sambutan Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY, Cahyo Widayat. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada kaum perempuan yang tak kenal lelah melestarikan kebaya.
"Puji dan syukur marilah selalu kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul pada hari yang baik ini dalam rangka menyambut dan merayakan Hari Kebaya Nasional," ujar Cahyo Widayat, memulai sambutannya yang hangat. Beliau melanjutkan dengan menegaskan makna mendalam kebaya, "Hari Kebaya Nasional merupakan momentum penting untuk melestarikan dan mengangkat kembali kebaya sebagai warisan budaya bangsa yang indah secara estetika dan juga sarat makna dan nilai-nilai luhur. Kebaya bukan hanya pakaian, melainkan simbol identitas, martabat, dan keanggunan perempuan Indonesia."
Salah satu sorotan utama dalam presentasi di workshop ini adalah penetapan UNESCO. Organisasi Pendidikan, Ilmiah, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yakni UNESCO, secara resmi menetapkan “Kebaya: Pengetahuan, Keterampilan, Tradisi, dan Praktik” sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) pada 4 Desember tahun 2024. Penetapan ini merupakan hasil dari usulan bersama 5 (lima) negara, yaitu Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Pengakuan internasional ini menjadikan kebaya diakui sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi dan patut dilestarikan, tidak hanya oleh Indonesia tetapi juga oleh negara-negara lain yang terlibat dalam pengusulan.
Pernyataan dari Dinas Kebudayaan DIY tersebut menggarisbawahi poin krusial yang menjadi benang merah dalam perjalanan kebaya: kemampuannya untuk beradaptasi. Di tengah laju modernisasi yang serba cepat, kebaya membuktikan dirinya sebagai warisan yang dinamis, tidak statis. Para desainer dan pelaku industri kreatif, dengan sentuhan inovasi mereka, berhasil menghembuskan napas baru pada kebaya, menciptakan desain-desain yang relevan dengan tren masa kini namun tetap mempertahankan aura tradisionalnya.
"Di era modern yang serba cepat ini, kebaya terus beradaptasi dan bertransformasi tanpa kehilangan esensinya. Kita dapat melihat bagaimana para desainer dan pelaku industri kreatif terus berinovasi, menciptakan kebaya dengan beragam gaya, warna, dan material yang relevan dengan tren masa kini, namun tetap memancarkan aura tradisional," jelas Cahyo Widayat, memberikan gambaran tentang bagaimana kebaya terus berevolusi.
Transformasi ini menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya kita memiliki vitalitas. Kebaya, dengan segala keragamannya, mampu melintasi batas waktu dan menjadi inspirasi yang tak terbatas bagi generasi muda. Ini adalah cerminan dari kecintaan dan kebanggaan akan budaya bangsa yang terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Workshop ini menjadi wadah untuk mengeksplorasi lebih jauh evolusi ini, menampilkan bagaimana kebaya tetap relevan dan memesona dalam setiap kesempatan.
Lebih dari sekadar busana, kebaya memiliki makna dan filosofi yang mendalam. Kebaya melambangkan keanggunan dan kesederhanaan melalui desain khasnya. Dipadukan dengan kain atau jarit, kebaya mencerminkan kesabaran dan kelembutan, menggambarkan nilai-nilai luhur wanita Indonesia. Bahkan, kebaya dengan model dan warna tertentu, seperti gelap atau hitam, juga melambangkan kekuatan dan ketegasan seorang wanita.
Kemampuan kebaya untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan akar budaya merupakan representasi keterbukaan wanita Indonesia. Filosofi "Wani Ing Tata" juga terkandung dalam kebaya, yang berarti perempuan Indonesia berani dalam tatanan, memahami, dan menjunjung tinggi nilai-nilai tata krama dan aturan.
Sebagai simbol feminitas, kebaya merepresentasikan sifat-sifat kewanitaan seperti kelembutan, kesabaran, kebaikan, dan kesopanan. Dalam gaya berbusana, kebaya dikaitkan dengan sesuatu yang anggun, kalem, manis, dan menarik. Selain itu, kebaya juga dianggap sebagai simbol keberanian perempuan Indonesia, karena memilih dan mengenakan kebaya dapat menunjukkan bentuk keberanian tampil beda dan percaya diri. Kebaya bahkan melambangkan perlawanan halus dalam wujud emansipasi dan kebebasan perempuan untuk menentukan pilihan hidupnya.
Kebaya juga merupakan contoh akulturasi budaya, memadukan berbagai pengaruh dari berbagai negara dan daerah di Indonesia menjadi satu kesatuan yang khas. Kebaya telah ada di Nusantara jauh sebelum abad ke-15, diperkirakan berasal dari budaya Arab atau Persia, dan mengalami modifikasi serta akulturasi dengan budaya lokal. Kebaya encim adalah salah satu contoh hasil akulturasi budaya Tionghoa-Indonesia.
Para peserta workshop mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan menyaksikan demonstrasi langsung dari para ahli. Sesi-sesi interaktif ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah kebaya, teknik pembuatannya, hingga tips padu padan kebaya untuk berbagai acara. Beberapa desainer lokal turut memamerkan kreasi kebaya modern mereka, menunjukkan bagaimana sentuhan kontemporer dapat berpadu harmonis dengan elemen tradisional.
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta tak berhenti pada ajakan untuk mengenakan kebaya saja. Lebih dari itu, mereka mendorong seluruh masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian budaya ini. Salah satu caranya adalah dengan mendukung para perajin dan pelaku usaha kain tradisional serta kebaya. Langkah ini tak hanya menjaga kelestarian budaya, tetapi juga memberikan dampak positif pada perekonomian lokal.
"Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta mengajak seluruh masyarakat untuk terus mencintai dan melestarikan kebaya, baik dengan cara mengenakannya dalam berbagai kesempatan maupun dengan mendukung para perajin dan pelaku usaha kain tradisional serta kebaya," tegas Cahyo Widayat dalam sambutannya. "Dengan demikian, kita turut menjaga kelestarian budaya sekaligus mendukung perekonomian lokal."
Pentingnya dukungan terhadap perajin lokal menjadi salah satu fokus utama dalam workshop ini. Banyak dari mereka adalah tulang punggung industri kain tradisional dan kebaya, yang dengan dedikasi tinggi mempertahankan keterampilan warisan leluhur. Dengan membeli produk mereka, masyarakat secara langsung berkontribusi pada keberlanjutan tradisi ini dan kesejahteraan para perajin.
Gerakan "Berkebaya, UMKM Berjaya" yang ditekankan dalam workshop ini menyoroti bagaimana kebaya dapat membuka rantai usaha yang luas, meliputi penjahit kebaya, pengrajin bordir, pembuat konde, pembatik kain, penjual aksesori, jasa rias dan fotografi berkebaya, hingga layanan laundry khusus kebaya. Dampak ekonomi kreatif dari kebaya sangat beragam, mencakup fashion, batik, aksesori, rias dan fotografi, serta konten digital. Sebuah kutipan dalam presentasi menegaskan, "Dari kebaya, ekonomi lokal berjaya."
Peran PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) dan perempuan juga sangat vital dalam upaya ini, melalui pelatihan keterampilan, pemasaran digital UMKM, dan kampanye gaya hidup berkebaya. Program-program PKK seperti Rumah Dilan – Pokja II, Bangga Berkebaya - Pokja III, dan Bangga Buatan Indonesia – Pokja I juga terintegrasi dalam upaya memajukan kebaya. "Kebaya tak sekedar kain dan renda. Ia adalah kisah para ibu yang menjaga negeri ini dengan lembut namun teguh," demikian pesan yang disampaikan. Ditambahkan pula, "Perempuan berkebaya adalah perempuan yang berani. Berani tampil, berani berkarya, dan berani berdaya."
Pengakuan UNESCO dan penetapan Hari Kebaya Nasional semakin mengukuhkan kebaya sebagai identitas nasional yang melambangkan kebhinekaan. Kebaya bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga representasi dari identitas nasional Indonesia yang beragam dan kaya akan nilai-nilai budaya. Kebaya merupakan simbol persatuan dan perekat budaya, melintasi batas etnis dan sosial, menyatukan perempuan dari berbagai latar belakang budaya di Indonesia. Penggunaan kebaya sebagai pakaian resmi dalam berbagai acara kenegaraan dan kegiatan formal semakin memperkuat posisi kebaya sebagai identitas nasional.
Workshop Hari Kebaya 2025 di Ruang Bima Dinas Kebudayaan DIY ini menjadi lebih dari sekadar pertemuan rutin; ia adalah perayaan akan kekayaan budaya, sebuah janji untuk terus melestarikan warisan leluhur, dan sebuah optimisme akan masa depan kebaya yang gemilang. Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, pegiat budaya, desainer, dan masyarakat, kebaya akan terus berkibar sebagai simbol keindahan, martabat, dan keanggunan perempuan Indonesia. Semoga semangat yang terpancar dari workshop ini dapat terus menyala, menginspirasi lebih banyak orang untuk mencintai dan bangga akan kebaya sebagai identitas bangsa.by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...