TOT MOEKTI 2025: Menguatkan Peran Guru dan Orang Tua dalam Terapi Seni Rupa untuk Anak dengan Kebutuhan Khusus

by ifid|| 24 Juli 2025 || || 80 kali

...

Sleman, 24 Juli 2025 – Suasana hangat terasa sejak pagi menyelimuti Ruang Maliawan Griya Persada Convention Hotel, Kaliurang. Di ruang besar yang dipenuhi alat gambar dan cat warna-warni itu, puluhan guru dan orang tua dari dua Sekolah Luar Biasa (SLB) di Sleman berkumpul. Mereka bukan sekadar peserta pelatihan—mereka adalah mitra pertama dalam perjalanan terapi seni rupa bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Program Mobil Keliling Terapi Seni Rupa atau MOEKTI, yang diinisiasi oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY sejak 2018, kembali hadir tahun ini. Di bawah koordinasi Seksi Seni Rupa, Film, dan Media Baru, MOEKTI menjadi ruang belajar dan berbagi, bukan hanya bagi anak-anak, tapi juga bagi orang dewasa yang mendampingi mereka tumbuh.

Setelah tahap awal berupa assessment pada 17 Juli 2025, yang bertujuan mengenali karakter dan kebutuhan tiap anak, kini MOEKTI memasuki fase kedua: Training of Trainers (TOT). TOT ini dirancang sebagai pembekalan intensif bagi guru, orang tua, observer, dan pendamping anak dengan kebutuhan khusus dari dua SLB sasaran—SLB Tunas Kasih Donoharjo dan SLB Wiyata Dharma 1 Sleman.

 

 
Belajar dari Para Ahli: Ruang Aman untuk Tumbuh

TOT dibuka oleh Padmono Anggoro Prasetyo, Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Adat Tradisi, Lembaga Budaya, dan Seni, yang hadir mewakili Kepala Dinas. Dalam sambutannya, Padmono menekankan pentingnya kesinambungan pendampingan kreatif, tidak hanya di sekolah, tapi juga di rumah.

Kepala Seksi Seni Rupa, Film dan Media Baru, Ririn Herini Evilistyani, bersama stafnya, Fayzal Rachman, memperkenalkan semangat dasar MOEKTI: bahwa seni rupa bukan hanya sarana ekspresi, tapi juga jembatan komunikasi antara anak dan lingkungan terdekatnya.

Selama enam sesi, para peserta dibimbing oleh praktisi profesional dari bidang psikologi dan seni. Psikolog Bidari Herwi Prasastiwi mengajak peserta mengasah kepekaan melalui observasi. Sesi berikutnya, Jayanti Wulandari menjelaskan pendekatan memahami anak secara utuh, sedangkan Ismu Chandra Kurniawati membagikan metode menggunakan seni sebagai stimulasi perkembangan.

 

 

Seni Rupa: Menyentuh yang Tak Terucapkan

Pada sesi keempat, peserta diajak turun tangan secara langsung dalam praktik seni rupa bersama seniman Theresia Agustina Sitompul. Di atas kertas kosong, dengan cat air, crayon, dan pensil warna, para peserta menumpahkan pengalaman mereka dalam mendampingi anak-anak.

Ada tawa. Ada air mata. Ada cerita yang selama ini mungkin hanya dipendam. Ketika beberapa peserta diminta menceritakan makna gambar mereka, ruang pelatihan seketika menjadi ruang refleksi bersama.

Seorang ibu menggambar pemandangan sebuah rumah yang asri. “Saya menggambar rumah dengan halaman berumput hijau,” ucapnya haru, “Rumah merupakan tempat teraman dan ternyaman untuk anak saya.” Seorang ibu lain menggambar semarak acara perlombaan 17 Agustus. Ia bercerita, “Sebagai orang tua, kita selalu berusaha memberi kebahagiaan pada anak, apa pun itu. Semua anak bisa mengikuti bermacam-macam lomba.” Sementara itu, seorang ibu lainnya menggambar bunga merah berukuran besar. Ia menjelaskan, “Saya sangat senang dan berterima kasih dengan adanya acara ini, Saya menjadi lebih optimis sebagai orang tua.” 

  

Komunikasi yang Menyembuhkan

Sesi kelima dipandu oleh Muh. Arif Wijayanto, yang menekankan pentingnya peran fasilitator dalam menjembatani proses tumbuh anak. Kemudian ditutup oleh Vincent Eddy K.H. yang membahas “Komunikasi Terapeutik”—sebuah pendekatan komunikasi dua arah yang aman dan membangun.

“Anak-anak kita butuh komunikasi yang nyaman, ada timbal balik, dan tidak hanya satu arah,” ujar Vincent.

 

Harapan dari Mereka yang Menjalani

Psikolog Jayanti Wulandari menuturkan, “Dampak MOEKTI sangat terasa, tidak hanya untuk anak tapi juga bagi orang tua dan guru dalam me-release emosi selama mendampingi anak.” 

Sementara itu, Ning Suryani, salah satu orang tua peserta, berbagi kesannya:  “Saya jadi tahu bahwa seni rupa ternyata dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk oleh anak dengan kebutuhan khusus dan dapat membantu menggali emosi. Kami juga bisa mempunyai komunitas yang lebih visioner melalui program ini.”

 

Melanjutkan Perjalanan

Fase berikutnya dari MOEKTI adalah sesi terapi seni di masing-masing SLB, yang akan berlangsung setiap Rabu dan Kamis mulai 30 Juli hingga 14 Agustus 2025. Terapi akan difokuskan pada lima aspek perkembangan anak: motorik halus, komunikasi, kepercayaan diri, kolaborasi sosial, dan penyelesaian tugas.

TOT ditutup dengan sesi foto bersama, penuh senyum dan semangat baru. Tapi sesungguhnya, yang dibawa pulang bukan hanya ilmu, melainkan pengalaman bersama—bahwa lewat seni, kita bisa menyentuh sesuatu yang tidak selalu bisa dijelaskan dengan kata-kata. (Azka)

Ikuti kisah dan perkembangan MOEKTI selengkapnya melalui akun Instagram: @moekti_terapi_seni 

 

 

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta