Festival Dalang Anak dan Remaja DIY 2025: Napas Baru di Panggung Tradisi

by ifid|| 26 Juli 2025 || || 329 kali

...

YOGYAKARTA – Panggung Societeit Militair Taman Budaya Yogyakarta kembali menjadi saksi bisu geliat seni tradisi yang tak lekang oleh waktu. Selama empat hari, dari 22 hingga 25 Juli 2025, gema suluk, gamelan, dan sabetan wayang memenuhi gedung bersejarah ini, bukan oleh tangan-tangan dalang senior, melainkan oleh tunas-tunas muda penerus bangsa. Festival Dalang Anak dan Remaja Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2025 hadir sebagai penanda bahwa seni pedalangan, baik wayang kulit maupun wayang golek, masih memiliki tempat yang istimewa di hati generasi muda.

Festival ini bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan sebuah deklarasi. Deklarasi bahwa regenerasi dalang di DIY sedang berjalan, bahkan tumbuh subur. Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A., dalam sambutannya menegaskan, "Potensi dan perkembangan dalang anak dan remaja di DIY saat ini sangat menggembirakan. Apalagi kebanyakan dalang anak dan remaja saat ini berasal dari masyarakat yang bukan kalangan profesi dalang." Pernyataan ini menjadi angin segar di tengah kekhawatiran akan pudarnya minat generasi muda terhadap seni tradisi.

Berkat kolaborasi apik antara Pemerintah Daerah DIY dan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) DIY, festival ini sukses menarik perhatian ribuan pengunjung dan mencetak bibit-bibit dalang muda berbakat. Mulai dari pelajar SD hingga SMP, para peserta menunjukkan dedikasi dan cinta mereka terhadap seni wayang. Mereka membuktikan bahwa seni tradisional, jika dikemas dan dibina dengan baik, dapat tetap relevan dan menarik bagi audiens modern.

Geliat di Panggung Wayang Kulit dan Wayang Golek

Agenda festival dimulai pada hari Selasa, 22 Juli 2025, dengan pertunjukan wayang kulit kategori anak dan remaja. Panggung dibuka dengan penampilan R. Bagaskara Manjer Kawuryan dari Sleman yang membawakan lakon "Gatotkaca Wisuda." Sehari berikutnya, Rabu, 23 Juli 2025, penonton disuguhi penampilan dari Reyvid Harjunatama (Gunungkidul) dan Tito Zhavier Bryantara (Kulon Progo) dengan lakon yang sama. Setiap peserta diberi waktu 10 menit untuk persiapan dan 45 menit untuk pentas, memastikan setiap dalang cilik dan remaja mendapatkan kesempatan maksimal untuk menunjukkan kebolehan mereka.

Selain wayang kulit, festival ini juga memberikan ruang bagi seni wayang golek. Sesuai jadwal, pada Kamis, 24 Juli 2025, panggung dimeriahkan oleh dalang-dalang wayang golek anak dan remaja. Anggara Gusti Bramastha HW dari Sleman membawakan lakon "Marmaya - Marmadi," diikuti oleh dalang-dalang muda lainnya dari Bantul, Gunungkidul, dan Kulon Progo. Pertunjukan wayang golek ini berlanjut hingga Jumat, 25 Juli 2025, dengan penampilan dari Kota Yogyakarta. Keragaman jenis wayang yang ditampilkan membuktikan kekayaan seni pedalangan di DIY dan komitmen untuk melestarikan keduanya.

Setiap pertunjukan tidak hanya disaksikan langsung oleh para penonton yang memadati area, tetapi juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Tasteof_Jogja. Hal ini memperluas jangkauan festival, memungkinkan masyarakat luas untuk menikmati keindahan seni pedalangan dari mana saja.

Penilaian Juri dan Pembinaan yang Berkelanjutan

Untuk memastikan kualitas dan objektivitas penilaian, festival ini melibatkan dewan juri yang terdiri dari para ahli di bidang pedalangan. Dokumen "DAFTAR JURI FESTIVAL DALANG 2025.docx" menunjukkan bahwa dewan juri terbagi berdasarkan kategori wayang dan usia peserta.

Juri Wayang Kulit Anak:

  1. Udreka M.Sn (Akademisi / ISI YK) - Ketua
  2. Fani Rickyansyah, M.Sn (Praktisi Dalang)
  3. Bayu Aji Nugraha M.Sn (Praktisi Dalang / SMKI)
  4. Albertus Juang Perkasa (Praktisi Dalang)
  5. Sri Kawan S. Sn (Praktisi Dalang / SMKI)

Juri Wayang Golek Remaja:

  1. Dr. Trisno Santoso, S.Kar., M.Hum (Praktisi Dalang) - Ketua
  2. Suharno S.Sn (Praktisi Dalang)
  3. Retno Dwi Intarti S.Sn., M.A. (Akademisi / ISI YK)
  4. RM. Kristiadi, S.Sn (Praktisi Budayawan)
  5. Eko Purnomo Teguh Wibowo (Praktisi Dalang)

Dewan juri ini bertugas menilai kemampuan para peserta dalam berbagai aspek, seperti suluk, sabetan (gerakan wayang), pocapan (dialog), keprakan, dan dhodhogan. Ketua Pepadi DIY, Ki Edi Suwondo, menyoroti pentingnya pembinaan yang lebih terfokus. "Kualitas dalang anak dan remaja di DIY meningkat. Tapi, Pepadi harus lebih fokus dalam pembinaan, baik secara kualitas maupun kuantitas," ujarnya. Komitmen ini akan diwujudkan dengan pendataan rinci dan program pembinaan yang terstruktur.

Mencetak Bintang Baru Pedalangan: Daftar Pemenang

Puncak acara pada 25 Juli 2025 menjadi momen yang paling dinanti, yaitu pengumuman pemenang. Kemenangan ini bukan sekadar meraih piala, melainkan sebuah kehormatan untuk mewakili DIY di kompetisi tingkat nasional. Berikut adalah para dalang muda yang berhasil meraih gelar juara:

Kategori Dalang Wayang Kulit:

  • Juara I: Tio Zhanvier Peyatanta (Kulon Progo)
  • Juara II: Beyid Haryantama (Gunungkidul)
  • Juara III: Anggara Pradipta RS (Bantul)
  • Juara IV: Adnandhiya Dimas Nugroho (Kulon Progo), Limpad Budya Asmara (Bantul), Ivo Lanta Sang Kesawa (Kota Yogyakarta), Hassan Pathul Rafa (Gunungkidul), dan Anggara Gusti Brumasttha HW (Sleman).

Kategori Dalang Wayang Golek:

  • Juara I: Candya Pradipta (Sleman)
  • Juara II: Djanggan Purbo (Kulon Progo)
  • Juara III: Janua Surya (Bantul)
  • Juara IV: Restu Angga Sektiiawan, Raka Wersti Purnama Aji (Bantul), Muhammad Zaky Kaditama (Sleman), Bima Prasetya (Gunungkidul), dan Kjeffie Juris Privia (Kota Yogyakarta).

Para pemenang tidak hanya mendapatkan gelar, tetapi juga hadiah uang tunai yang menarik, mulai dari Rp 5.000.000 untuk Juara I hingga Rp 3.000.000 untuk Juara V. Lebih dari itu, festival ini memberikan pengalaman berharga dan kesempatan untuk berinteraksi dengan dalang senior dan sesama peserta, menjadi ajang untuk bertukar ilmu dan memperluas jaringan.

Suara Anak-anak di Balik Kelir

Festival ini membuktikan bahwa anak-anak dan remaja tidak hanya menguasai teknologi modern, tetapi juga memiliki cinta yang mendalam pada seni tradisi. Kisah-kisah di balik layar menunjukkan dedikasi yang luar biasa dari para peserta.

"Seorang dalang, khususnya dalang cilik, bukan hanya seorang pemain. Mereka adalah pewaris sekaligus penyambung lidah budaya," demikian makna yang mendalam yang disampaikan dalam narasi penutup festival. Anak-anak ini tidak hanya menghafal dialog dan gerakan wayang, tetapi juga menjiwai karakter yang mereka mainkan, menyampaikan pesan-pesan moral dan kearifan lokal yang terkandung dalam setiap lakon.

Tio Zhanvier Peyatanta dari Kulon Progo, Juara I dalang wayang kulit kategori anak, adalah contoh nyata. Ketertarikannya pada wayang tidak datang secara instan, melainkan tumbuh berkat dukungan penuh dari orang tua dan gurunya. Ia, bersama teman-temannya, berlatih berjam-jam untuk mempersiapkan diri menghadapi festival. Kemenangan yang diraihnya adalah buah dari kerja keras, dedikasi, dan tentunya bimbingan yang tepat.

Demikian pula dengan para juara lainnya, mereka adalah wajah-wajah baru yang membawa angin segar. Mereka menunjukkan bahwa seni tradisi tidaklah kuno, melainkan relevan dan menarik bagi generasi muda.

Regenerasi Dalang: Investasi Budaya untuk Masa Depan

Keberhasilan Festival Dalang Anak dan Remaja DIY 2025 menjadi indikator positif bagi masa depan seni wayang di Indonesia. Festival ini adalah jembatan antara tradisi dan generasi muda, sebuah bukti bahwa warisan budaya bangsa dapat terus dilestarikan dan relevan di era modern.

Pentingnya regenerasi ini juga ditekankan oleh para juri dan panitia. Mereka melihat festival sebagai media evaluatif dalam melihat hasil upaya-upaya pembinaan pedalangan yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Seleksi dilakukan secara bertahap dari tingkat kabupaten menuju daerah istimewa Yogyakarta, dengan dewan juri yang berkompeten di bidangnya. Hal ini memastikan bahwa talenta-talenta terbaik yang akan mewakili DIY di tingkat nasional adalah mereka yang benar-benar memiliki potensi dan dedikasi.

Dampak positif dari festival ini sangat terasa. Selain melahirkan bibit-bibit dalang muda yang potensial, festival ini juga berfungsi sebagai media edukasi budaya yang efektif. Para pengunjung, khususnya siswa-siswi dari berbagai sekolah dasar yang turut menyaksikan, mendapatkan pengalaman berharga yang membuka wawasan tentang pentingnya menjaga warisan budaya bangsa.

Dengan adanya platform seperti ini, anak-anak dan remaja tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam melestarikan budaya. Kisah-kisah wayang yang sarat akan pesan moral dapat tersampaikan dengan lebih relevan kepada audiens muda.

Komitmen Bersama Menjaga Tradisi

Dalam penutupannya, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, memberikan gambaran yang jelas mengenai langkah ke depan. "Pemerintah DIY memiliki komitmen kuat untuk melestarikan seni tradisi. Pembinaan dalang anak dan remaja adalah salah satu pilar utama kami. Kami akan terus bekerja sama dengan Pepadi dan berbagai pihak untuk memastikan potensi ini berkembang maksimal," ujarnya.

Komitmen ini akan diwujudkan dalam program-program berkelanjutan, tidak hanya festival, tetapi juga workshop, pelatihan rutin, dan pementasan-pementasan kecil di berbagai acara. Harapannya, panggung-panggung ini akan menjadi ruang ekspresi bagi para dalang cilik untuk mengasah kemampuan mereka.

Sumu Prasetyo, salah satu panitia penyelenggara, mengungkapkan bahwa tujuan utama acara ini adalah untuk "nguri-nguri kebudayaan sekaligus memupuk regenerasi dalang di Yogyakarta." Melalui tangan-tangan kreatif dalang muda, kisah-kisah epik pewayangan akan terus diceritakan, nilai-nilai luhur akan terus diajarkan, dan seni wayang akan terus memukau penonton dari generasi ke generasi.

Pada akhirnya, Festival Dalang Anak dan Remaja DIY 2025 bukan hanya tentang siapa yang menjadi juara. Ini adalah tentang sebuah perjalanan panjang, sebuah estafet budaya yang kini berada di tangan generasi baru. Mereka adalah pahlawan-pahlawan kecil yang dengan tulus dan penuh semangat melestarikan warisan nenek moyang. Merekalah masa depan pewayangan di DIY.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta