Pawiyatan Jawa: Memperkuat Jati Diri Melalui Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa

by ifid|| 14 Agustus 2025 || || 100 kali

...

Pawiyatan Jawa merupakan sebuah inisiatif yang lahir dari komitmen kuat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk melestarikan warisan budaya Jawa. Melalui acara seperti yang diselenggarakan di Balai Kalurahan Margomulyo, Seyegan, Sleman, pada hari Selasa, 12 Agustus 2025, Dinas Kebudayaan DIY menunjukkan keseriusannya dalam mendukung keberlanjutan budaya Jawa dengan pendekatan langsung kepada masyarakat. Acara ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap identitas budaya lokal serta memberdayakan generasi muda agar menjadi pelopor pelestarian budaya Jawa.

Dasar Hukum dan Tujuan

Pawiyatan Jawa dilaksanakan berdasarkan Peraturan Gubernur DIY Nomor 43 Tahun 2023 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2021. Dasar hukum ini juga diperkuat oleh Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan utama dari inisiatif ini adalah melestarikan warisan budaya Jawa, terutama bahasa, sastra, dan aksara Jawa, di tengah tantangan modernisasi. Selain itu, Pawiyatan Jawa juga berupaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membaca, menulis, dan berkomunikasi menggunakan bahasa dan aksara Jawa.

Bahasa dan Aksara Jawa Sebagai Identitas Budaya

Menurut Peraturan Daerah DIY Nomor 2 Tahun 2021, bahasa Jawa memiliki kedudukan sebagai bahasa resmi Daerah. Bahasa Jawa didefinisikan sebagai sistem lambang bunyi dari rumpun bahasa Austronesia yang digunakan oleh masyarakat di DIY sebagai sarana komunikasi dan ekspresi estetis. Bahasa ini mencakup berbagai tingkatan, seperti ngoko, krama, dan bagongan. Pelestarian bahasa Jawa sangat penting karena berfungsi sebagai penjaga identitas budaya, pembentuk karakter, sarana komunikasi, dan pendukung bahasa nasional.

Sementara itu, aksara Jawa berkedudukan sebagai aksara Daerah. Aksara ini adalah sistem tanda grafis yang diturunkan dari aksara Kawi dan memiliki bentuk serta pedoman penulisan tertentu. Pentingnya aksara Jawa tidak hanya sebagai alat komunikasi tertulis, tetapi juga sebagai

simbol kuat identitas masyarakat Yogyakarta yang mencerminkan sejarah, tradisi, dan nilai-nilai luhur. Penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada papan nama dan dokumen resmi, mengingatkan masyarakat akan akar budaya mereka. Pelestarian aksara Jawa juga membantu menjaga jati diri masyarakat dan memperkuat rasa bangga terhadap budaya daerah.

Aksara Jawa adalah warisan leluhur yang merekam perjalanan sejarah Jawa. Dengan mengajarkan aksara Jawa di sekolah dan masyarakat, upaya ini membantu meningkatkan literasi dan memperkenalkan generasi muda pada bahasa ibu mereka, sekaligus melatih ketelitian, kesabaran, dan rasa hormat pada budaya.

Aturan Berbahasa yang Tepat

Faisal Noor Singgih, seorang narasumber pada acara Pawiyatan Jawa, menjelaskan bahwa bahasa Jawa tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga memiliki pranata cara yang mengatur cara berbahasa. Pranata cara ini merupakan aturan yang kompleks dan berkaitan dengan etika, tata krama, dan konteks sosial. Dengan demikian, berbicara dalam bahasa Jawa yang baik dan benar tidak hanya soal tata bahasa, tetapi juga tentang cara menghormati lawan bicara. Pemahaman mendalam terhadap pranata cara ini sangat penting untuk melestarikan bahasa Jawa sebagai identitas budaya yang luhur.

Peran Pemerintah dan Masyarakat

Dinas Kebudayaan DIY, sebagai salah satu mitra kerja Komisi D DPRD DIY, memiliki peran penting dalam memfasilitasi dan mengoordinasi pemeliharaan serta pengembangan bahasa, sastra, dan aksara Jawa bersama Pemerintah Kabupaten/Kota. Upaya pelestarian ini mencakup pemeliharaan, pengembangan, penggunaan, dan pembinaan.

Sri Muslimatun, anggota DPRD DIY dari Komisi D, menyatakan bahwa Dinas Kebudayaan DIY sedang menyelenggarakan sosialisasi peraturan daerah ini. Hal ini menunjukkan bahwa pelestarian dan pemanfaatan bahasa, sastra, dan aksara Jawa adalah investasi budaya untuk masa depan. Di tengah arus globalisasi, aksara Jawa bisa menjadi pembeda sekaligus perekat persatuan masyarakat. Aksara ini juga dapat diadaptasi untuk media modern, seperti desain grafis dan media sosial, menjadikannya sarana kreatif untuk memadukan tradisi dan inovasi.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta