by ifid|| 29 Agustus 2025 || || 78 kali
Yogyakarta—Di tengah derasnya arus globalisasi yang sering kali mengikis identitas lokal, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berdiri teguh sebagai benteng kebudayaan. Kekayaan tak ternilai yang diwariskan dari para leluhur, mulai dari upacara adat, situs bersejarah, hingga seni pertunjukan, terus dijaga kelestariannya. Di balik semua itu, ada satu lembaga yang memegang peranan krusial: Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.
Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 28 hingga 30 Agustus 2025 di Bumi Perkemahan "Taman Tunas Wiguna", Sleman, ini diikuti oleh sekitar 400 Pramuka golongan Penggalang dan Penegak. Pada tanggal 29 Agustus 2025, Dinas Kebudayaan DIY mengambil peran sentral dengan menghadirkan dua sesi utama yang bertujuan untuk memberikan edukasi dan apresiasi budaya kepada para peserta, yaitu Sosialisasi Peran Vital Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dan Pemutaran Film.
Dalam sebuah sosialisasi yang disampaikan oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Cahyo Widayat, S.H., M.Si., ditegaskan bahwa tugas utama lembaga ini adalah memastikan warisan luhur tetap hidup dan relevan bagi generasi kini dan mendatang. Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY, fokus kerja Dinas Kebudayaan terbagi dalam dua pilar utama: pemeliharaan dan pengembangan.
Lebih dari sekadar merawat, mereka juga berupaya memberdayakan masyarakat agar menjadi bagian aktif dalam setiap proses pelestarian. Hal ini menunjukkan bahwa peran Dinas Kebudayaan tidak hanya sebagai penjaga, tetapi juga sebagai fasilitator yang mendorong partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Dengan demikian, kebudayaan tidak hanya menjadi pusaka yang dipajang, tetapi juga menjadi bagian hidup yang terus berdenyut.
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY memiliki tanggung jawab besar dalam melindungi warisan budaya, baik yang berbentuk benda (cagar budaya) maupun yang tak benda. Dalam hal warisan benda, fokus utamanya adalah menjaga narasi sejarah yang melekat pada setiap artefak dan bangunan. Beberapa objek kebudayaan yang menjadi prioritas utama antara lain:
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat: Sebagai simbol utama Keistimewaan, Keraton bukan hanya istana, melainkan pusat peradaban dan tradisi. Dinas Kebudayaan berperan aktif dalam mengelola museum, memastikan bangunan terawat, dan memfasilitasi upacara adat yang penuh makna.
Pura Pakualaman: Kedaton Pakualaman memiliki peran penting sebagai salah satu pilar Keistimewaan dan pusat kebudayaan Jawa. Dinas Kebudayaan bekerja sama dalam melestarikan kompleks bangunan ini, termasuk memelihara koleksi berharga serta mendukung kegiatan kebudayaan dan seni yang diselenggarakan di dalamnya, seperti tari klasik dan upacara adat.
Sumbu Filosofi Yogyakarta: Tata ruang yang menghubungkan Tugu, Keraton, dan Panggung Krapyak ini adalah manifestasi nilai-nilai luhur Jawa. Tugas dinas adalah melestarikan area ini sebagai satu kesatuan utuh, menjaga filosofi yang terkandung di dalamnya agar tidak luntur oleh modernisasi.
Situs-situs Pleret dan Kotagede: Sebagai bekas pusat Kesultanan Mataram, situs-situs ini menyimpan jejak sejarah penting. Upaya pemugaran dan perlindungan dilakukan secara efektif untuk mengubah area ini menjadi sumber pengetahuan bagi para peneliti dan masyarakat.
Selain benda fisik, Kundha Kabudayan juga fokus pada warisan budaya tak benda, yang menjadi roh dari kebudayaan itu sendiri. Ini adalah elemen-elemen yang terus hidup dan berevolusi di tangan masyarakat. Dukungan terhadap seni pertunjukan tradisional, seperti tari klasik Bedhaya dan Srimpi, serta seni rakyat seperti Jathilan dan Kethoprak, terus digencarkan. Dengan mengadakan festival dan pembinaan, mereka memastikan regenerasi seniman terus berjalan.
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menyadari pentingnya menanamkan kecintaan pada budaya sejak dini. Oleh karena itu, sinergi dengan berbagai pihak terus dijalin. Salah satu wujud konkretnya adalah partisipasi aktif Dinas Kebudayaan dalam Kemah Pramuka Istimewa Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY.
Sesi Apresiasi Budaya / Pemutaran Film menampilkan empat film yang dirancang untuk membuka wawasan peserta tentang kekayaan budaya Yogyakarta. Melalui media visual yang menarik, setiap film mengajak penonton untuk menyelami berbagai aspek kehidupan dan tradisi yang membuat Yogyakarta begitu istimewa. Keempat film tersebut diharapkan dapat menjadi jendela yang memancarkan keindahan budaya lokal, mulai dari kesenian tradisional hingga kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Sesi pemutaran film ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana edukasi yang efektif untuk menumbuhkan rasa cinta dan apresiasi terhadap warisan budaya.
Tugas Kundha Kabudayan tidak hanya terbatas pada aspek teknis. Akan tetapi mengusung misi untuk memberdayakan masyarakat agar menjadi "pemilik" sejati dari kebudayaan itu sendiri. Hal ini diwujudkan melalui program desa budaya, di mana partisipasi aktif warga dalam setiap kegiatan pelestarian didorong sepenuhnya. Kolaborasi menjadi kunci keberhasilan. Dinas Kebudayaan menjalin sinergi dengan berbagai pihak, termasuk komunitas lokal, akademisi, dan sektor swasta. Dengan cara ini, pelestarian budaya tidak lagi menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi menjadi milik bersama.
Dengan visi yang jelas dan eksekusi yang terstruktur, Dinas Kebudayaan DIY berhasil menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas. Mereka memastikan bahwa Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai kota pariwisata yang ramai, tetapi juga sebagai kota yang memiliki jati diri kuat, berakar pada nilai-nilai budaya yang adi luhung. Peran vital yang diemban oleh Dinas Kebudayaan ini tidak hanya mengamankan warisan dari masa lalu, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi budaya di masa depan. Jati diri yang kokoh inilah yang menjadi daya tarik utama Yogyakarta, membedakannya dari kota-kota lain. Di setiap sudut kota, nafas kebudayaan terasa begitu kental, mengingatkan setiap warganya akan kebesaran masa lalu dan pentingnya menjaga warisan untuk generasi yang akan datang. Dinas Kebudayaan DIY terus menjadi garda terdepan, memastikan bahwa semangat "Lestari di Bumi Mataram" akan selalu hidup.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...