by ifid|| 03 September 2025 || || 80 kali
Yogyakarta - Keris, sebuah pusaka yang tak sekadar benda, tetapi juga penanda identitas dan inspirasi budaya bangsa. Keberadaannya telah diakui dunia sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO sejak tahun 2005. Namun, di tengah gempuran modernisasi, bagaimana warisan luhur ini dapat terus lestari dan relevan bagi generasi muda?
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY bersama Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada menjawab tantangan itu dengan menggelar Pameran Keris Nusantara: Pusaka Manjing Pawiyatan pada Kamis, 21 Agustus 2025. Acara yang bertempat di Gedung Pusaka Jawa UGM (Pusat Kajian Jawa UGM) ini bukan hanya memamerkan keindahan fisik keris, tetapi juga berfungsi sebagai ruang apresiasi dan diskusi yang mendalam.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A., dalam sambutannya menyampaikan bahwa pameran ini bertujuan untuk menjembatani pengetahuan tentang keris, khususnya di kalangan generasi muda. "Melalui konsep Pusaka Manjing Pawiyatan, kami berharap nilai-nilai penting keris dapat masuk ke lingkungan kampus dan mampu mendekati generasi muda. Keris tidak hanya untuk dikagumi, tapi juga untuk dipahami, dieksplorasi, dan menginspirasi," jelasnya.
Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 15.00 WIB ini menarik perhatian banyak pengunjung, terutama para mahasiswa. Mereka tampak antusias mengamati koleksi keris yang dipajang dan mendengarkan penjelasan dari para panitia. Tak hanya itu, acara ini juga menghadirkan sarasehan budaya yang menjadi inti dari kegiatan tersebut.
Sarasehan yang menghadirkan narasumber ternama, yaitu Auliffia Marsha Nadhira, S.S., dan Andhi Wisnu Wicaksono, menjadi sesi yang paling dinanti. Keduanya berbagi wawasan yang membuka mata para peserta tentang makna filosofis keris yang lebih dalam. Sebagai moderator, Winorman Akbar berhasil memandu diskusi menjadi lebih interaktif dan hidup.
Auliffia Marsha Nadhira, seorang pembicara muda, menyatakan kegembiraannya dapat berpartisipasi dalam acara ini. "Saya sangat senang bisa menjadi narasumber dan berinteraksi dengan para peserta. Saya mendapatkan banyak wawasan baru tentang keris dan tradisi Jawa, begitu juga dari narasumber lain. Semoga acara kebudayaan seperti ini bisa terus dilanjutkan," ujarnya. Ia menekankan bahwa penting bagi generasi baru untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang budaya, khususnya di Yogyakarta.
Seorang peserta sarasehan bernama Tri Wulandari juga berbagi kesan positifnya. "Acara ini seru banget. Saya bisa bertemu dengan teman-teman dari prodi saya, bertemu dengan narasumber yang sangat insightful, dan bahkan mendapat gambaran untuk skripsi saya," ucapnya sambil tersenyum. Ia berharap kebudayaan Jawa dapat terus dilestarikan oleh generasi muda agar tidak tergerus oleh arus modernisasi. "Mari bersama-sama menjadi generasi muda yang melestarikan kebudayaan kita," tambahnya.
Pandangan menarik juga datang dari Bima Tegar, peserta lain yang hadir. "Sarasehan ini benar-benar membuka pikiran saya. Keris bukan hanya benda mistis atau pusaka kuno. Keris bisa menjadi simbol, bisa sebagai penggambaran seorang laki-laki, terutama dalam masyarakat Jawa. Ini menunjukkan bahwa keris mengandung nilai-nilai yang begitu kaya," jelasnya.
Sementara itu, narasumber Andhi Wisnu Wicaksono menyampaikan materi yang tak kalah memukau. Ia mengupas tuntas tentang simbolisme vegetasi alam yang tercermin dalam bilah keris. "Ketika kita mencermati keris, kita tidak hanya menemukan tumbuhan, hewan, atau manusia, tetapi semuanya menyatu menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan," paparnya. "Dan itulah hebatnya para leluhur kita, bagaimana mereka meramu dan memberikan penamaan dalam konsep Tosan Aji."
Ia menambahkan bahwa keris adalah perwujudan dari pemahaman kosmologi yang mendalam dari nenek moyang. "Harapan saya, ke depannya, generasi muda kita dapat lebih leluasa lagi dalam mengkaji dan memahami beragam hal yang bisa ditarik dari Tosan Aji. Pengetahuan ini akan terus berkembang dan relevan," tuturnya.
Pameran dan sarasehan ini membuktikan bahwa keris dapat "manjing pawiyatan" atau masuk ke dalam institusi pendidikan, menjadi sumber pengetahuan yang berharga. Nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, seperti kearifan lokal, karakter, dan identitas, kini tidak lagi terisolasi dalam ruang-ruang ritual, melainkan menjadi bagian tak terpisahkan dari wacana akademik dan kebudayaan.
Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah dan akademisi, Pameran Keris Nusantara: Pusaka Manjing Pawiyatan berhasil menjadi jembatan yang kuat. Ia menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dan menjanjikan masa depan di mana keris tidak hanya dipandang sebagai pusaka, tetapi juga sebagai sumber pengetahuan, jati diri, dan warisan yang terus lestari di setiap generasi. (ifit/Rebaudhy Mahardhika Pamungkas/Ray)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...