by ifid|| 11 September 2025 || 254 kali
Yogyakarta - Ruang pertemuan di Dinas Kebudayaan DIY terasa bersemangat pada Rabu (10/9/2025), dipenuhi oleh media dan para pegiat budaya. Di sini, di jantung kota yang dijuluki "Kota Pelajar" dan "Kota Budaya" ini, sebuah deklarasi besar diumumkan: Pencak Malioboro Festival akan kembali digelar dengan skala yang lebih besar, menegaskan kembali posisinya bukan hanya sebagai ajang unjuk kebolehan, tetapi juga sebagai sebuah perayaan budaya yang mempersatukan.
Pihak penyelenggara, yang diwakili oleh komunitas Paseduluran Angkringan Silat, mengumumkan kesiapan mereka menyambut 5.500 pesilat yang akan memadati Jalan Malioboro pada 12-14 September 2025. Jumlah yang fantastis ini tidak hanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga dari mancanegara. Dukungan penuh dari Dinas Kebudayaan DIY menunjukkan pengakuan pemerintah akan pentingnya festival ini dalam melestarikan warisan budaya tak benda bangsa.
"Awalnya kami ingin menggelar 24 jam, tapi akhirnya diputuskan menjadi 6 jam sebagai momen spesial untuk menduduki Jogja lewat pencak silat. Ini menjadi bentuk apresiasi kami terhadap seni dan budaya pencak silat," ungkap Suryadi, perwakilan komunitas, dengan mata berbinar penuh semangat. Frasa "menduduki Jogja" ini bukan merujuk pada dominasi, melainkan sebuah aksi simbolis yang menempatkan pencak silat pada posisi terhormat di ruang publik, membiarkannya bernapas dan berinteraksi langsung dengan denyut nadi kota.
Pencak Malioboro Festival 8 2025, yang diprakarsai oleh Paseduluran Angkringan Silat, merupakan wujud nyata dari upaya kolektif untuk melestarikan seni bela diri yang kaya akan filosofi ini. Suryadi menambahkan bahwa Jogja diharapkan dapat menegaskan diri sebagai kota damai yang ramah bagi berbagai event budaya, khususnya pencak silat, yang melambangkan persaudaraan dan kekayaan budaya.
Merajut Jalinan Persaudaraan Lintas Batas
Salah satu keunggulan festival tahun ini adalah partisipasi yang meluas. Ribuan pesilat dari Aceh hingga Papua akan berkumpul, membawa serta kekhasan aliran dan perguruan masing-masing. Di samping itu, partisipasi internasional menjadi bukti pengakuan global terhadap pencak silat. Meskipun beberapa perwakilan dari Eropa dan Amerika batal hadir karena kekhawatiran situasi, pesilat dari Australia dan Malaysia tetap akan memeriahkan acara.
Dalam konferensi pers, Suryadi menekankan, "Jogja adalah ruang aman dan damai untuk pertemuan budaya ini." Pesan ini tidak hanya ditujukan kepada peserta internasional, tetapi juga kepada seluruh masyarakat. Festival ini adalah bukti bahwa budaya dapat menjadi jembatan yang kuat untuk mengatasi perbedaan, merangkul keberagaman, dan membangun persaudaraan. Para pesilat yang hadir akan "berlebaran" (bersilaturahmi) di Jogja, mempererat hubungan dan saling bertukar ilmu, sebuah tradisi yang jauh melampaui kompetisi.
Inovasi "6 Jam Pencak Silat": Momen Sakral di Jantung Kota
Suryadi juga menuturkan adanya inovasi baru yang menjadi sorotan di festival tahun ini, yaitu acara "6 Jam Pencak Silat di Kota Yogyakarta". Selama enam jam penuh, para guru besar dan praktisi pencak silat dari berbagai aliran akan tampil secara bergantian di panggung utama Malioboro. Ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan sebuah narasi visual yang mengalir, menceritakan keragaman dan keunikan setiap aliran. Mulai dari gerakan-gerakan yang lembut dan halus hingga jurus-jurus yang eksplosif dan bertenaga, para penampil akan mengajak penonton untuk menyelami filosofi mendalam di balik setiap gerakan.
Acara ini dirancang sebagai puncak apresiasi seni, di mana setiap gerakan memiliki makna dan setiap napas mengandung filosofi. Baik pesilat, wisatawan, maupun masyarakat umum akan memiliki kesempatan langka untuk menyaksikan secara langsung keindahan dan kedalaman budaya pencak silat yang sering kali hanya bisa dilihat di perguruan atau padepokan masing-masing.
Warisan Budaya untuk Masa Depan: Regenerasi Lewat Lomba Kreatif
Di balik pertunjukan kolosal, festival ini juga memfokuskan diri pada upaya regenerasi. Yosi, penyelenggara Pencak Malioboro Festival 8 2025, menambahkan bahwa festival ini dikemas dengan beragam kegiatan yang tak hanya ditujukan untuk pesilat, tetapi juga untuk seluruh lapisan masyarakat. Lomba Koreografi Pencak Silat, misalnya, menjadi ajang kreativitas para pesilat untuk mengemas seni bela diri menjadi sebuah pertunjukan yang menarik. Lomba ini memperebutkan piala bergilir bergengsi dari Sri Sultan HB X, yang secara simbolis menegaskan dukungan penuh dari Keraton Yogyakarta terhadap pelestarian pencak silat.
Yang tak kalah penting adalah peran festival dalam menanamkan cinta budaya sejak dini. "Lomba mewarnai gambar pencak silat untuk anak-anak juga menjadi salah satu kegiatan penting untuk menumbuhkan rasa cinta budaya sejak dini," tutur Yosi, yang sejalan dengan arahan KGPAA Paku Alam X. Inisiatif ini memastikan bahwa pencak silat tidak hanya dilihat sebagai olahraga atau seni, melainkan bagian integral dari identitas bangsa yang harus diwariskan dari generasi ke generasi.
Workshop pencak silat yang rutin digelar juga memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk lebih mengenal filosofi dan ragam perguruan yang ada. Ini membuka pintu bagi siapa pun, tanpa memandang latar belakang, untuk belajar dan memahami kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
Puncak perayaan akan ditutup dengan Kirab Pencak Malioboro, sebuah pawai akbar yang menampilkan 40 perguruan silat. Selama pawai, para pesilat akan menampilkan pertunjukan singkat di sepanjang Jalan Malioboro, menciptakan sebuah parade budaya yang memukau dan menghibur.
Dengan berbagai agenda yang dirancang, Pencak Malioboro Festival 2025 diharapkan dapat menegaskan posisi Yogyakarta sebagai kota damai yang ramah bagi berbagai event budaya. Festival ini lebih dari sekadar ajang unjuk diri; ia adalah sebuah perayaan persaudaraan, apresiasi warisan budaya, dan bukti nyata bahwa seni dapat menjadi perekat yang menyatukan bangsa. (Dwi Agus W)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...