by ifid|| 16 September 2025 || || 152 kali
Yogyakarta – Ribuan pesilat dari penjuru nusantara membanjiri jantung kota Yogyakarta, Malioboro, pada Minggu (14/9/2025). Mereka tak datang untuk bertanding, melainkan untuk merayakan persaudaraan dan warisan budaya bangsa dalam rangkaian agenda Pencak Malioboro Festival (PMF) 2025. Peristiwa langka ini menjadi tontonan spektakuler yang memukau wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Sejak pagi, Jalan Malioboro yang biasanya padat dengan kendaraan, berubah menjadi lautan pesilat berseragam kebanggaan. Setiap perguruan menampilkan panji-panji mereka, membentuk barisan pawai yang sangat panjang. Kirab ini bukan sekadar arak-arakan, melainkan simbol kuatnya paseduluran (persaudaraan) antar-pesilat dari berbagai aliran. Pemandangan ini mengikis anggapan bahwa pencak silat hanya tentang pertarungan, dan menggantinya dengan makna kebersamaan yang mendalam.
Kehangatan di Tengah Terik
Pawai dimulai dari halaman Gedung DPRD DIY, dipimpin oleh tiga pendekar berpakaian serbaputih yang gagah menunggangi kuda. Di belakangnya, barisan bregada prajurit diikuti 50 perguruan silat dengan panji-panji kebanggaan, lalu disusul kereta kuda, dan ribuan pesilat lain dari berbagai daerah.
"Di sini betul-betul paseduluran terjaga. Tidak ada kericuhan, yang ditonjolkan adalah kebersamaan dan kesehatan," ujar Paniradya Pati Keistimewaan DIY, Aris Eko Nugroho.
Pernyataan Aris membantah kekhawatiran yang sempat beredar di media sosial. Ia menegaskan, festival ini menjadi bukti nyata bahwa Yogyakarta adalah kota budaya yang aman, damai, dan bersahabat. Kekhawatiran itu sirna begitu acara berjalan lancar hingga hari terakhir. Sepanjang perjalanan, yel-yel penuh semangat berkumandang. Para pesilat pun tak sungkan menyapa penonton, menambah kemeriahan meski terik matahari cukup menyengat.
Kembalinya Tradisi Pasca Pandemi
Festival PMF 2025 memiliki makna yang lebih mendalam karena pawai ini kembali digelar setelah vakum sejak 2019 akibat pandemi Covid-19. "Semoga kegiatan ini bisa rutin dilaksanakan. Ini juga memberi pesan positif bahwa pencak silat di Indonesia mampu menjaga nilai persaudaraan," tambah Aris.
Kirab yang berakhir di Titik Nol Kilometer Yogyakarta ini menjadi panggung bagi setiap kelompok untuk menampilkan atraksi puncak mereka. Momen ini menjadi daya tarik luar biasa bagi para wisatawan. Banyak turis mancanegara terlihat sibuk mengabadikan momen langka ini dengan kamera ponsel mereka, seolah tak ingin melewatkan kesempatan menyaksikan warisan tradisi bangsa Indonesia yang ditampilkan secara megah.
Selain kirab, PMF 2025 juga menggelar beragam acara, seperti 6 Jam Pencak Silat di Kota Yogyakarta, Lomba Koreografi Pencak, Lomba Mewarnai Pencak Silat untuk anak-anak, hingga Workshop Pencak Silat. Semua agenda ini bertujuan untuk mengenalkan pencak silat sebagai warisan luhur yang tidak hanya mengolah fisik, tetapi juga membangun karakter.
Jurus Kebaikan di Balik Hamemayu Hayuning Bawono
Pencak silat, menurut Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, bukan sekadar gerak fisik, melainkan sebuah proses yang mengolah raga, karsa, dan rasa. Proses inilah yang sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. "Pencak silat adalah warisan adiluhung yang membentuk watak unggul sekaligus keindonesiaan," jelas Dian.
Di Yogyakarta, nilai-nilai luhur pencak silat berpadu dengan filosofi Hamemayu Hayuning Bawono, yang bermakna "mempercantik dan memperindah kehidupan di dunia". Filosofi ini selaras dengan ajaran pencak silat yang mengajarkan keharmonisan, persaudaraan, dan keberanian dalam kebaikan.
PMF 2025 menjadi bukti nyata bahwa di balik setiap jurus dan gerakan yang tangkas, ada ikatan persaudaraan yang kuat. Festival ini bukan hanya merayakan warisan budaya, tetapi juga mengukuhkan nilai-nilai persatuan dan keberagaman. Kehadiran ribuan pesilat di Yogyakarta menegaskan citra kota ini sebagai pusat penguatan identitas budaya bangsa. PMF 2025 membuktikan bahwa pencak silat adalah kekuatan, keindahan, dan juga cerminan dari jati diri bangsa Indonesia.(ifit/ray)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...