Membuka Tirai Kejayaan: Festival Budaya Poros Mataram Islam 2025

by ifid|| 20 September 2025 || || 189 kali

...

Kotagede – Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali mengukuhkan komitmennya dalam menjaga warisan leluhur. Tahun ini, melalui kolaborasi apik antara Dinas Kebudayaan DIY, BPKCB Kotagede, Kerta-Plered, dan Imogiri, sebuah perhelatan akbar digelar: Festival Budaya Poros Mataram Islam 2025. Dengan mengusung tema "Kejayaan Poros Mataram Islam – Puncak Kejayaan Sultan Agung," festival ini bukan sekadar ajang perayaan, melainkan sebuah perjalanan waktu yang mengajak masyarakat menelusuri kembali masa keemasan peradaban Jawa.

Festival yang berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 18 September 2025, ini secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya festival ini sebagai benteng kebudayaan di tengah derasnya arus globalisasi. "Semangat Sultan Agung yang visioner, berani, dan berbudaya harus menjadi inspirasi bagi kita untuk membangun masa depan tanpa melupakan akar sejarah," ujar Dian Lakshmi.

Pembukaan festival ini ditandai dengan pertunjukan seni yang memukau, menampilkan tarian tradisional yang penuh makna, langsung dari panggung di area Kotagede. Suasana sakral namun meriah terasa, seolah membangkitkan kembali ruh kejayaan Mataram Islam.

Poros Mataram Islam: Simpul Sejarah dan Peradaban

Tema "Puncak Kejayaan Sultan Agung" sengaja dipilih untuk menyoroti sosok Sultan Agung Hanyakrakusuma. Raja besar ini tidak hanya dikenal karena kekuatan politik dan militernya, tetapi juga karena warisan budaya, hukum, dan tata pemerintahan yang ia tinggalkan, yang menjadi fondasi peradaban Jawa modern.

Festival ini memusatkan kegiatannya pada tiga kawasan cagar budaya utama yang menjadi saksi bisu perjalanan Mataram Islam: Kotagede, Kerta-Plered, dan Imogiri. Ketiga kawasan ini membentuk sebuah poros sejarah yang tak terpisahkan:

  • Kotagede: Titik awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Dahulu, tempat ini merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan yang makmur.
  • Kerta-Plered: Simbol kematangan peradaban. Di sini, seni, sastra, dan tata kelola kerajaan berkembang pesat, mencerminkan kemajuan Mataram Islam.
  • Imogiri: Tempat peristirahatan terakhir para raja, termasuk Sultan Agung. Makam para raja ini mengajarkan tentang kesinambungan nilai dan kesadaran sejarah yang terus hidup.

Ketua BPKCB Kotagede, Priyono Jatmiko Salim, menyatakan bahwa festival ini menjadi momentum penting untuk menyadarkan masyarakat, khususnya generasi muda, akan kebudayaan Mataram Islam yang agung. "Harapan kami, acara-acara yang disusun ini bisa mencakup semua usia, dari yang muda sampai yang tua, sehingga kecintaan mereka pada budaya Mataram Islam terbangun," tuturnya.

Paduan Rasa dan Kreasi: Lomba Kuliner dan Karya Tulis

Rangkaian kegiatan festival ini begitu beragam, mengajak partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Di hari pertama, suasana dipenuhi aroma sedap masakan tradisional. Lomba Masak Masakan Tradisional menjadi salah satu acara favorit. Para peserta, yang terdiri dari berbagai komunitas, berlomba menyajikan hidangan khas Mataram yang resepnya diwariskan turun-temurun. Kegiatan ini bukan hanya tentang masakan, tetapi juga tentang upaya melestarikan warisan kuliner yang kaya.

Bersamaan dengan itu, dilaksanakan pula Penjurian Lomba Esai. Para peserta, yang sebagian besar adalah generasi muda, menuangkan gagasan mereka tentang "Puncak Kejayaan Sultan Agung" dan relevansinya di masa kini. Karya-karya yang disajikan menunjukkan pemahaman mendalam tentang sejarah dan upaya untuk mengaktualisasikan nilai-nilai kepemimpinan Sultan Agung dalam konteks modern.

Kepala Dinas Kebudayaan, Dian Lakshmi Pratiwi, mengungkapkan bahwa festival ini secara keseluruhan dikelola oleh warga, dari warga, dan untuk warga. Hal ini memperkuat rasa memiliki dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian budaya mereka sendiri.

Petualangan Lintas Sejarah: Poros Mataram Islam Fun Trip & Fun Bike

Hari kedua, Jumat 19 September 2025, menjadi puncak petualangan sejarah dengan digelarnya Poros Mataram Islam Fun Trip. Peserta diajak menyusuri tiga kawasan bersejarah—Kotagede, Kerta-Plered, dan Imogiri. Perjalanan ini bukan sekadar rekreasi, melainkan sebuah edukasi. Dengan dipandu oleh sejarawan lokal, para peserta dapat melihat langsung peninggalan-peninggalan sejarah dan mendengar cerita di baliknya, menghidupkan kembali narasi kejayaan masa lampau.

Pada hari ketiga, Sabtu 20 September 2025, semangat petualangan berlanjut dengan Poros Mataram Islam Fun Bike. Ratusan pesepeda dari berbagai komunitas dan usia memadati jalur yang menghubungkan tiga kawasan poros ini. Acara ini membuktikan bahwa sejarah dan budaya dapat dikemas dalam kegiatan yang modern dan menyenangkan, menarik minat banyak orang untuk lebih dekat dengan warisan mereka.

Selain menjadi ajang olahraga dan rekreasi, acara ini juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan. Peserta dari berbagai latar belakang berkumpul, berbagi cerita, dan bersama-sama merayakan kebanggaan akan identitas budaya mereka.

Seni dan Sastra dalam Bingkai Kebudayaan

Festival ini juga menjadi panggung bagi ekspresi seni dan sastra. Berbagai lomba diselenggarakan untuk mengapresiasi talenta lokal. Lomba Mewarnai memfasilitasi anak-anak untuk mengenal dan mencintai peninggalan Mataram sejak dini. Sementara itu, Lomba Macapat dan Lomba Maca Geguritan menjadi ajang bagi para seniman dan pegiat budaya untuk melestarikan sastra Jawa.

Lomba Macapat, seni membaca puisi Jawa kuno, menunjukkan bahwa tradisi lisan ini masih memiliki tempat di hati masyarakat. Para peserta dengan lantang dan penuh penghayatan membacakan tembang-tembang yang berisi ajaran moral dan sejarah. Lomba Maca Geguritan, seni membaca puisi modern berbahasa Jawa, membuktikan bahwa bahasa dan sastra daerah dapat beradaptasi dan tetap relevan.

Selain itu, Lomba Panatacara Poros Mataram Islam juga diadakan, menguji kemampuan peserta dalam menjadi pembawa acara tradisional Jawa. Lomba ini tidak hanya mengukur kefasihan berbahasa, tetapi juga pemahaman akan etika dan tata krama Jawa.

Puncak Perayaan dan Harapan Masa Depan

Puncak perayaan festival adalah Karnaval Budaya yang megah. Ratusan peserta dari berbagai komunitas tumpah ruah di jalanan, menampilkan aneka kostum yang terinspirasi dari busana Mataram Islam. Barisan karnaval ini tidak hanya indah dipandang, tetapi juga menjadi representasi kekayaan budaya Mataram yang beragam. Musik tradisional mengiringi langkah para peserta, menciptakan atmosfer yang penuh kegembiraan.

Penutupan Festival Budaya Poros Mataram Islam 2025 menjadi momen refleksi. Panitia dan peserta berharap festival ini dapat terus berlanjut setiap tahunnya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu seniman dari Paguyuban Srandul Purba Budaya, Eko, "Harapan saya, festival ini tetap berlanjut, karena ini merupakan sejarah berdirinya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat."

Dengan suksesnya festival ini, masyarakat DIY menunjukkan bahwa menjaga warisan budaya bukanlah tugas yang berat, melainkan sebuah kegiatan yang membangkitkan kebanggaan dan persatuan. Festival Budaya Poros Mataram Islam 2025 menjadi pengingat bahwa kejayaan masa lalu adalah sumber inspirasi tak terbatas untuk membangun peradaban di masa depan.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta