Yogya Semesta: Refleksi 13 Tahun Keistimewaan: Sejarah, Budaya, dan Kesejahteraan

by ifid|| 27 September 2025 || || 123 kali

...

Yogyakarta, 25 September 2025 - Tiga belas tahun sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY, Yogyakarta kembali merenung. Bukan sekadar merayakan, tetapi merefleksikan sejauh mana status istimewa ini telah mengakar kuat dan berdampak nyata pada kesejahteraan masyarakatnya. Dalam sebuah dialog budaya yang digelar Jogja Semesta, para pegiat, birokrat, hingga tokoh masyarakat berkumpul untuk mengulas kembali fondasi, tantangan, dan harapan Keistimewaan.

Pondasi Kokoh Hak Asal-Usul

Seorang pegiat Keistimewaan, Widihasto Wasono Putro, membuka diskusi dengan sebuah kilas balik. Ia mengingatkan bahwa Keistimewaan DIY bukanlah pemberian cuma-cuma, melainkan pengakuan atas hak asal-usul dan jasa politik Kasultanan dan Pakualaman. Jasa monumental saat bergabung dengan NKRI dan membiayai APBN pertama Indonesia menjadi landasan historis yang tak terbantahkan.

"Pemerintah pusat kala itu tidak menghendaki Gubernur DIY dijabat otomatis oleh Sultan," ungkap Hasto, menggambarkan perjuangan alot yang terjadi. Perdebatan ini, menurutnya, adalah "bom waktu" dari era Orde Baru. Namun, berkat perjuangan rakyat yang gigih, Keistimewaan tetap dipertahankan. Ia menegaskan, sejarah ini harus terus diedukasi agar generasi muda tidak "permesif" dan Keistimewaan tidak luntur.

Selain sejarah politik, Hasto juga menyoroti pentingnya tata nilai budaya. Ia menyebut falsafah Hamemayu Hayuning Bawono dan Sangkan Paraning Dumadi sebagai karakter khas yang membentuk identitas masyarakat Yogyakarta. Sayangnya, nilai-nilai ini sering terlupakan di tengah derasnya arus disrupsi.

Pendidikan dan Karakter: Jati Diri Lewat Sariswaro

Pendidikan menjadi pilar krusial dalam menjaga Keistimewaan. Cak Lis, pegiat Sarisworo dari Taman Siswa, menjelaskan bagaimana metode pendidikan Ki Hajar Dewantoro berperan sentral. Metode sariswaro, yang ia kembangkan, merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan modern dan kearifan lokal.

"Kami menggabungkan matematika dengan cerita 'Baru Klinting', atau fisika dengan panahan Adipati Karno," jelas Cak Lis. Ia meyakini, cara ini membuat pendidikan lebih relevan dan mengakar.

Fokus utama sariswaro adalah pembentukan karakter melalui seni dan bahasa. Cak Lis menekankan peran tembang dolanan anak dan penggunaan bahasa ibu (bahasa Jawa). Riset menunjukkan, mengajarkan bahasa Jawa pada anak usia di bawah 9 tahun akan menanamkan unggah-ungguh dan toto kromo yang akan melekat seumur hidup.

"Bahasa Jawa memiliki tingkatan yang mengajarkan kita cara menghormati orang yang lebih tua," tambah Suharsini, seorang pegiat pasar yang ikut berjuang untuk Keistimewaan. Ia setuju bahwa nilai-nilai ini harus kembali masuk ke dalam kurikulum sekolah agar tidak hilang.

Merajut Kesejahteraan di Tingkat Akar Rumput

Satu isu yang selalu membayangi Keistimewaan adalah kemiskinan dan ketimpangan sosial. Dugi Rahmat, Lurah Guosari, memberikan perspektif segar dari tingkat desa. Ia menanggapi pandangan yang sering menyalahkan Dana Keistimewaan (Danais).

"Tidak adil jika Danais yang hanya 20% dari APBD harus menyelesaikan semua persoalan," kata Dugi Rahmat. Ia berpendapat bahwa fokus seharusnya adalah bagaimana inovasi dan pemanfaatan dana itu bisa lebih tepat sasaran.

Guosari telah membuktikan bahwa Danais dapat menjadi katalisator kesejahteraan. Dengan Danais, Guosari menginisiasi program pengelolaan sampah yang inovatif dan program "Balai Amor" yang memberdayakan lansia. "Kami tidak mengejar status desa wisata atau budaya, kami fokus pada konsep dan manfaat," tegasnya. Pendekatan ini menunjukkan bahwa Keistimewaan bisa "migunani, merantasi, dan murakabi" (bermanfaat, menuntaskan, dan memberkahi) jika dikelola dengan baik.

Masa Depan Keistimewaan: Kolaborasi dan Grand Design

Para pembicara sepakat bahwa tantangan terbesar saat ini adalah menjaga "kebenaran masa lalu" agar tetap relevan di "zaman postmodern." Dr. Bondan, mantan Kepala Dinas Kesehatan DIY, melihatnya dari perspektif politik. "Sultan sebagai gubernur tidak terkooptasi oleh partai politik, ini membuat tata pemerintahan lebih bersih," ujarnya. Ia menyimpulkan bahwa Keistimewaan adalah "politik negara", bukan "politik kepentingan".

Sementara itu, perwakilan media, Mas Dwi Suyono, menyerukan perlunya grand design yang terintegrasi. "Apakah Undang-Undang Keistimewaan bisa dirubah? Kita belum tahu. Oleh karena itu, ia harus diperkuat betul," katanya.

Kolaborasi, partisipasi, dan egalitarianisme menjadi kunci. Seperti kata Bung Karno yang dikutip Widi Hasto, "Yogyakarta menjadi termasyhur karena jiwa kemerdekaannya. Hidup-hidupkanlah terus jiwa kemerdekaan itu."

Pada akhirnya, refleksi 13 tahun Keistimewaan DIY adalah ajakan bagi seluruh masyarakat untuk tidak berpuas diri. Ini adalah pengingat bahwa Keistimewaan bukan sekadar identitas yang diwarisi, melainkan amanah yang harus terus diperjuangkan dan dihidupi melalui inovasi dan gotong-royong, dari istana hingga ke tingkat kelurahan.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta