by ifid|| 06 Oktober 2025 || || 230 kali
Yogyakarta – Hubungan kebudayaan yang terjalin erat selama empat dekade antara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Prefektur Kyoto, Jepang, kembali dirayakan melalui sebuah ajang seni bergengsi. Lomba Lukis DIY–Kyoto 2025 menjadi momen istimewa, tidak hanya sebagai penanda 40 tahun kerja sama budaya, tetapi juga sebagai ruang penting bagi pengembangan bakat dan karakter seni generasi muda di Yogyakarta.
Kegiatan ini merupakan inisiatif positif yang sudah rutin dilaksanakan dari tahun ke tahun. Menurut Ririn Herini Evilistyani, Kepala Seksi Seni Rupa, Film dan Media Baru Dinas Kebudayaan DIY, tujuan utama kegiatan ini adalah menyediakan wadah kreasi.
“Lomba ini adalah upaya positif untuk memberikan ruang kreasi bagi anak-anak, generasi muda untuk dapat menyalurkan hobi, bakat, atau kemampuannya dalam bidang seni lukis,” jelas Ririn. Ia berharap, kegiatan ini bisa mencetak generasi muda yang kompeten dan berdaya saing di masa depan, khususnya dalam bidang seni rupa.
Lebih dari sekadar kompetisi melukis, ajang ini juga memiliki dampak signifikan pada pembentukan karakter peserta. Heri Maryanto, SE., Kepala Seksi Lembaga Budaya Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, menekankan aspek pendidikan karakter dan toleransi sebagai nilai tambah dari lomba ini.
“Kegiatan ini merupakan aplikasi dari program kerja sama antara Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Kyoto Jepang. Ini sangat positif dalam rangka untuk membentuk karakter anak-anak generasi muda, terutama dalam bertoleransi dan beradaptasi terhadap budaya lain,” ujar Heri.
Seni lukis dipercaya mampu menjadi media universal yang menjembatani perbedaan budaya. Dengan fokus pada kerja sama internasional ini, anak-anak didorong untuk memahami dan menghargai keragaman, menjadikannya bekal berharga dalam pergaulan global.
Lomba Lukis DIY–Kyoto 2025 diikuti oleh sekitar 100 finalis yang berasal dari jenjang TK hingga SMA/SMK se-DIY. Kurator lomba, Bunga Jeruk Permata Pekerti, menjelaskan bahwa tema yang diusung dalam perlombaan ini disesuaikan berdasarkan tingkatan usia peserta untuk memancing eksplorasi yang maksimal.
Untuk peserta tingkat TK dan SD, tema yang diangkat adalah "Warisan Budaya Jogja". Tema ini mendorong peserta cilik untuk mengeksplorasi ikon-ikon tradisional yang melekat pada DIY, seperti batik, tugu, atau bangunan bersejarah.
Sementara itu, untuk tingkat SMP dan SMA/SMK, temanya lebih luas dan kontemporer, yaitu "Budaya Jogja Saat Ini". Bunga Jeruk menjelaskan, tema ini sengaja dipilih untuk melihat bagaimana para remaja saat ini menerjemahkan dinamika budaya di Yogyakarta.
“Kita ingin melihat bagaimana mereka melihat budaya Jogja saat ini, bukan hanya yang sudah ada misalnya keraton, tugu, dan seterusnya. Tetapi juga yang bersentuhan dengan budaya yang masuk ke Jogja, seperti K-Pop dan segala macamnya,” kata Bunga Jeruk. Pendekatan tema yang inklusif ini memberikan ruang bagi peserta untuk mengekspresikan ide-ide segar, menunjukkan bahwa budaya adalah entitas yang hidup dan terus berubah.
Antusiasme tidak hanya terlihat dari para peserta, tetapi juga dari dukungan orang tua. Yuyun, salah satu orang tua peserta, mengungkapkan rasa gembiranya karena lomba ini memberikan kesempatan bagi anaknya untuk berekspresi secara mandiri dan jujur.
“Saya sangat senang sekali karena anak saya bisa mengekspresikan apa yang ada di pikirannya lewat karya-karyanya sendiri tanpa intervensi dari pihak manapun,” tutur Yuyun. Menurutnya, memberikan ruang ekspresi yang luas adalah kunci untuk memacu kreativitas dan rasa percaya diri anak.
Rangkaian kegiatan ini akan mencapai puncaknya pada bulan November. Sebanyak 30 karya terbaik yang telah dikurasi oleh tim juri akan dipamerkan dalam sebuah pameran spesial.
Pameran hasil karya Lomba Lukis DIY–Kyoto 2025 ini akan diselenggarakan di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM pada tanggal 4 hingga 10 November 2025.
Momen ini disebut akan menjadi puncak yang berharga karena direncanakan akan dihadiri langsung oleh pejabat tinggi dari Jepang. "Yang paling berharga adalah rencana pameran tersebut akan dikunjungi secara langsung oleh Gubernur Kyoto untuk melihat hasil karya anak-anak Daerah Istimewa Yogyakarta," tutup Ririn.
Kehadiran Gubernur Kyoto akan menegaskan kembali komitmen kedua wilayah dalam memperkuat kerja sama budaya dan memberikan pengakuan internasional atas bakat-bakat seni rupa yang dimiliki oleh generasi muda DIY. Lomba lukis ini bukan hanya tentang memenangkan piala, tetapi tentang merayakan persahabatan, menumbuhkan bakat, dan melestarikan budaya di tengah arus globalisasi. (Istri Nur R)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...