Yogyakarta Komik Weeks 2025: Kanvas Regenerasi dan Efisiensi Literasi di Jantung Budaya

by ifid|| 13 Oktober 2025 || || 177 kali

...

YOGYAKARTA – Sorak sorai komunitas seni rupa dan budaya bergemuruh di halaman Gedung Saraswati, Museum Sonobudoyo. Bukan sekadar tepuk tangan, tetapi resonansi dari niat besar yang siap diluncurkan. Tepat pada Jumat, 10 Oktober 2025, Yogyakarta Komik Weeks (YKW) 2025 resmi dibuka, ditandai dengan sebuah ritual simbolis yang unik: pemecahan celengan ayam.

Aksi sederhana ini, yang dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menjadi penanda dimulainya Pekan Komik yang kini telah menginjak tahun ke-11. Gelaran YKW 2025 ini berlangsung selama sepuluh hari penuh, dari 10 hingga 19 Oktober, dan dibuka secara gratis untuk umum, menjanjikan tontonan visual yang tak hanya menghibur, tetapi juga sarat makna.

Mengangkat tema yang provokatif dan relevan, “Efisiensi Literasi”, YKW 2025 menegaskan kembali posisi komik sebagai medium komunikasi yang kuat, cepat, dan efektif. Di tengah banjir informasi digital, komik hadir sebagai jembatan visual yang mampu menyampaikan pesan, gagasan, bahkan emosi, tanpa terjebak dalam kerumitan teks panjang.

Pameran utama menampilkan puluhan karya yang merupakan buah dari kompetisi ketat dan kurasi mendalam. Total 60 karya menjadi inti pameran, di mana 30 di antaranya merupakan karya segar dari para finalis Lomba Komik Kukuruyuk #11. Tiga puluh karya lainnya diisi oleh komikus profesional yang terkurasi dari berbagai daerah di Indonesia. Namun, daya tarik YKW tahun ini tidak hanya berhenti di batas nusantara. Untuk kali pertama, YKW 2025 mengusung kolaborasi internasional, menghadirkan karya-karya dari Short Run Comix Festival, Seattle, Amerika Serikat, sebuah langkah signifikan yang membawa komik independen dan eksperimental dari kancah global ke hadapan publik Yogyakarta.

Pembukaan ini bukanlah akhir dari sebuah proses, melainkan puncak dari serangkaian upaya kurasi dan pengembangan talenta yang dimulai sejak jauh hari.

Investasi Jangka Panjang: Dari Lomba Kukuruyuk Menuju Maestro

Bagi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), gelaran YKW bukan hanya tentang memajang gambar berbingkai. Jauh di balik estetika visual, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, secara tegas menyatakan bahwa YKW 2025 adalah ajang regenerasi seniman komik dan sebuah program investasi jangka panjang.

"Kita sebenarnya ingin mengembangkan tujuan akhir kita, punya manajemen talenta dan punya regenerasi serta mencoba menyiapkan SDM-SDM seniman komik," ungkap Dian dalam sambutannya. Pernyataan ini memberikan penekanan bahwa komik, di mata pemerintah daerah, adalah aset budaya yang memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.

Fokus Dian pada manajemen talenta menunjukkan pergeseran paradigma. Kompetisi Komik Kukuruyuk #11, yang menjadi pre-event utama YKW 2025, tidak sebatas mencari pemenang instan. Lomba yang didahului dengan lokakarya intensif di Griya Persada Kaliurang pada 2-3 Oktober 2025 lalu ini, berfungsi sebagai "jaring" untuk menjaring anak-anak muda yang memiliki potensi, hasrat, dan bakat di dunia komik.

"Kami sudah punya data regenerasi anak-anak potensial yang bisa menjadi komikus-komikus yang unggul bahkan mungkin menjadi maestro kedepannya," terang Dian.

Data ini menjadi kunci. Artinya, proses pendampingan tidak akan berhenti setelah pameran usai. Anak-anak muda yang telah teridentifikasi melalui Kukuruyuk #11, yang mengangkat tema "Warisan Budaya: Merawat Budaya Merawat Masa Depan," akan terus dipantau, didampingi, dan difasilitasi agar mampu berkembang menjadi komikus profesional yang matang dan berdaya saing. Inilah esensi dari regenerasi: bukan sekadar menemukan bibit, tetapi merawatnya hingga berbuah.

Tema “Warisan Budaya” yang diusung dalam lomba ini sendiri merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran pelestarian budaya sejak dini, menjadikan komik sebagai medium yang asyik dan mudah dicerna untuk memahamkan nilai-nilai luhur ke generasi Z dan Alpha.

Anatomis Efisiensi Literasi: Pesan dan Emosi dalam Panel

Lalu, apa makna sesungguhnya di balik frasa “Efisiensi Literasi” yang menjadi tajuk utama YKW 2025? Kurator Jogja Komik Weeks, Yudha Sandy, memberikan penjelasan mendalam. Ia melihat komik sebagai sebuah respons terhadap dinamika sosial dan zaman.

"Kita selalu menanggapi apa yang terjadi, kita membawanya sebagai sebuah bahasa komik. Komik ini adalah sebuah bentuk dan produk literasi yang efisien untuk menyampaikan pesan atau emosi," jelas Yudha.

Di era dimana perhatian (attention span) masyarakat semakin pendek, komik menawarkan solusi cerdas. Sebuah pesan kompleks atau sebuah refleksi emosional dapat dikemas dalam beberapa panel yang ringkas namun visualnya kuat, mencapai target audiens dengan kecepatan dan kedalaman yang sulit dicapai oleh teks murni. Komik, dalam konteks ini, adalah kendaraan naratif yang paling efisien.

Kurasi pameran pun dirancang untuk mencerminkan filosofi ini. Total 60 karya yang dipajang di Gedung Saraswati memberikan spektrum luas tentang bagaimana komikus Indonesia dari yang baru belajar hingga yang telah mapan menginterpretasikan dunia di sekitar mereka.

Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara 30 finalis Kukuruyuk #11, yang membawa semangat segar dan idealisme anak muda, dengan 30 Seniman Komik yang telah terkurasi, yang memberikan sentuhan kematangan dan keberagaman gaya. Kombinasi ini menciptakan dialog visual yang kaya, menampilkan berbagai fenomena budaya, ragam perilaku, dan nilai-nilai kehidupan yang terekam dalam gaya gambar dan narasi yang berbeda-beda.

Melalui pameran ini, publik diajak untuk menyadari bahwa membaca komik bukan sekadar aktivitas santai, melainkan sebuah proses literasi yang terbarukan, di mana otak bekerja memproses narasi (teks) dan visual (gambar) secara simultan, menghasilkan pemahaman yang lebih cepat dan seringkali lebih berkesan.

Ekosistem Organik Yogyakarta: Kekuatan Komunitas dan Jaringan Global

Kesuksesan penyelenggaraan YKW, tahun demi tahun, tidak terlepas dari kekuatan utama yang menjadi ciri khas Yogyakarta: ekosistem seni dan budayanya yang organik dan militan.

Dian Lakshmi Pratiwi sendiri menyampaikan apresiasi tinggi kepada komunitas seni yang turut bekerja keras di balik layar. "Komunitas-komunitas seni budaya Yogyakarta itu organik. Ekosistem seninya luar biasa, komitmen, idealisme, dan kreativitasnya juga lebih kuat," pujinya.

Dalam konteks YKW 2025, kekuatan organik ini diwujudkan melalui kerja sama erat dengan Komunitas Komik Mulyakarya. Komunitas inilah yang menjadi jangkar pelaksanaan, memastikan bahwa semangat kolaborasi dan idealisme seni tetap terjaga, mulai dari workshop Kukuruyuk hingga beragam acara pendamping di pekan pameran.

Kekuatan lokal ini kemudian diperluas hingga mencapai panggung internasional. Kehadiran Short Run Comix Festival dari Seattle, Amerika Serikat, menandai babak baru kolaborasi YKW. Short Run dikenal sebagai festival komik yang fokus pada karya independen dan eksperimental, sebuah genre yang sering menjadi sarana kritik sosial dan eksplorasi bentuk visual.

Dengan menghadirkan tujuh karya seniman tamu Short Run, YKW 2025 tidak hanya memamerkan estetika komik, tetapi juga membuka jendela pertukaran budaya dan ide antarnegara. Komik-komik ini, yang kaya akan gaya independen dan eksperimental, diharapkan menjadi pemicu inspirasi bagi komikus-komikus muda Indonesia untuk lebih berani keluar dari pakem-pakem konvensional dan mencoba batas-batas baru dalam berekspresi.

Kolaborasi ini membuktikan bahwa komik adalah bahasa universal. Di satu sisi, YKW berakar kuat pada tradisi budaya Jawa dan semangat lokal Yogyakarta; di sisi lain, ia mampu menjalin koneksi dengan komunitas kreatif di belahan dunia lain, menegaskan bahwa semangat seni visual tidak mengenal batas geografis.

Narasi Leluhur: Komik, Relief Candi, dan Arsip Budaya

Jika komik adalah bentuk literasi modern, sejarahnya di Nusantara ternyata jauh lebih tua dari perkiraan. Bagian mendalam dari narasi YKW 2025 terletak pada kesadaran akan jejak visual leluhur yang telah lama menjadi medium pewarisan pengetahuan.

Sebelum komik Amerika atau Cina mendominasi penerbitan di Indonesia pada era 1930-an hingga 1980-an, nenek moyang kita telah menciptakan sequential art dalam wujud relief atau pahatan yang menghiasi berbagai candi.

Relief-relief purbakala itu, dengan keindahan dan ketelitiannya, berfungsi layaknya panel-panel komik hari ini. Mereka menggambarkan kehidupan masyarakat, menyampaikan pesan kebaikan (dharma), dan menangkap peristiwa-peristiwa penting yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah. Inilah cerminan bahwa seni visual telah lama menjadi cara leluhur dalam mewariskan berbagai pengetahuan dan nilai ke generasi selanjutnya.

Dalam konteks ini, Komik Weeks 2025 mengajak peserta dan pengunjung untuk melihat komik bukan sekadar produk hiburan, tetapi sebagai pewaris sah dari tradisi narasi visual yang panjang di Nusantara.

Komik, sebagai media komunikasi alternatif yang komunikatif dan menghibur, memiliki peran penting sebagai upaya dalam mengarsipkan pengetahuan dan kekayaan budaya serta meneruskannya ke generasi muda. Dengan mengangkat tema "Warisan Budaya" pada lomba Kukuruyuk, panitia berharap dapat menggulirkan semangat pelestarian budaya yang semakin memperkuat karakter pribadi generasi muda. Komik menjadi jembatan antara narasi kuno di batu candi dengan kisah-kisah kontemporer di lembar kertas atau layar digital.

Ini adalah sebuah panggilan bahwa komikus memiliki tanggung jawab sejarah untuk merekam, mengolah, dan menyalurkan kekayaan budaya bangsa melalui medium yang paling mereka kuasai. Dengan demikian, komik menjadi agen budaya, merawat masa depan dengan merawat warisan masa lalu.

Pesta Komik dan Simfoni Multidimensi

YKW 2025 bukan sekadar pameran statis di dalam gedung. Selama sepuluh hari penuh, Museum Sonobudoyo disulap menjadi pusat perayaan komik multidimensi. Pameran utama dikelilingi oleh ragam acara pendamping yang memastikan festival ini merangkul setiap spektrum komunitas kreatif.

Berbagai acara pendamping tersebut meliputi:

  • Lapakomik: Bursa komik dan merchandise yang menjadi jantung transaksi dan pertemuan para kolektor, penerbit independen, dan komikus.
  • Akustikomik & Melodi Komik: Sesi unik yang menggabungkan pembacaan komik atau ilustrasi visual dengan musik akustik, menciptakan pengalaman sensoris yang baru.
  • Launching Komik: Panggung bagi penerbit dan komikus independen untuk meluncurkan karya terbaru mereka.
  • Bincang Komik & Diskusi Komik: Forum penting untuk membahas tren, tantangan, dan masa depan industri komik, baik dari sisi kreatif maupun bisnis.
  • Cosplay Kabaret & Coswalk: Ajang ekspresi bagi penggemar budaya pop dan komik, yang turut memeriahkan suasana dengan kostum-kostum karakter favorit.
  • Aktivasi Perpustakaan Komik: Upaya nyata untuk meningkatkan minat baca dan literasi komik di kalangan masyarakat.

Kehadiran acara-acara ini menunjukkan bahwa Komik Weeks adalah perayaan holistik yang melampaui kertas dan tinta. Ia adalah pertemuan antara ilustrator, penulis, musisi, cosplayer, akademisi, dan masyarakat umum, semuanya berpusat pada apresiasi terhadap seni bertutur visual.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, bersama seluruh jajaran yang hadir pada pembukaan termasuk Kepala Bidang Pemeliharaan Adat, Budaya dan Seni, Kepala Seksi Seni Rupa Film dan Media Baru, Kepala Taman Budaya, dan Kepala Museum Sonobudoyo menjadi saksi betapa bersemangatnya komunitas ini.

Yogyakarta Komik Weeks 2025, dengan tema “Efisiensi Literasi”, telah membuktikan diri sebagai ajang yang berhasil mengintegrasikan sejarah visual Nusantara, semangat regenerasi talenta muda, dan jangkauan kolaborasi internasional. Ini bukan sekadar pameran sepuluh hari, melainkan titik tolak bagi lahirnya maestro-maestro komik baru, yang siap menggunakan medium visual yang efisien ini untuk merekam zaman, mewariskan budaya, dan terus menginspirasi di masa yang akan datang. (dwi agus witanto)

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta