by ifid|| 05 November 2025 || || 14 kali
Sleman, DIY - Nuansa persahabatan lintas budaya mewarnai Art Gallery C, Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, pada Selasa (4/11/2025) lalu. Suasana khidmat dan haru tercipta saat lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, dan Indonesia Raya berkumandang. Momen tersebut menandai pembukaan pameran istimewa yang merayakan 40 tahun hubungan sister city antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Prefektur Kyoto, Jepang. Keheningan yang penuh makna kemudian berganti dengan dinamika gerak dan warna, lewat penampilan memukau Tari Kenes Gandes dari Sanggar Kinanti Sekar, Yogyakarta.
Pameran Lukis DIY-Kyoto 2025 ini lebih dari sekadar pameran biasa; ia adalah bukti nyata dari ikatan persahabatan yang telah dijalin dengan erat sejak 1985. Acara yang berlangsung hingga 10 November 2025 ini tidak hanya menjadi wadah apresiasi bagi bakat generasi muda, tetapi juga penguat jembatan kebudayaan antara dua daerah yang sama-sama dikaruniai kekayaan warisan seni dan budaya yang tak ternilai.
Keistimewaan acara pembukaan semakin terasa dengan kehadiran tamu kehormatan dari Kyoto, antara lain Wakil Gubernur Furukawa Hironori, Ketua Dewan Prefektur Kyoto Ryuzo Aramaki, dan Direktur Pameran Internasional Takahiro Yamamoto. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen yang kuat dari kedua belah pihak untuk terus merawat hubungan ini. Rombongan disambut hangat oleh Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, beserta jajaran lainnya, dalam sebuah pertemuan yang mencerminkan kehangatan dan rasa saling menghargai.
Seni sebagai Bahasa Universal Pemersatu Budaya
Sebelum pengumuman pemenang, pembacaan berita acara lomba lukis DIY-Kyoto 2025 dibacakan oleh A.C. Andre Tanama mewakili dewan juri yang beranggotakan para ahli seni, yaitu Dyan Anggraini Rais, Yuswanto Adi, Bunga Jeruk Permata Pekerti, dan Kuat Art. Proses seleksi yang ketat memastikan bahwa setiap karya pemenang tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga kuat dalam menyampaikan pesan budaya.
Dalam sambutannya, Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan rasa syukur dan kebanggaan atas 40 tahun perjalanan kerja sama yang penuh makna. “Realisasi kerja sama dalam bidang kesenian, salah satunya, adalah dengan menyelenggarakan Lomba Lukis DIY-Kyoto ini,” ucapnya. Ia menekankan bahwa kolaborasi semacam ini adalah fondasi dari diplomasi budaya yang berkelanjutan.
Lomba yang diselenggarakan secara berjenjang dari tingkat kabupaten/kota hingga provinsi ini berhasil memilih 30 karya terbaik dari jenjang TK hingga SMA, serta 19 karya dari Prefektur Kyoto. Karya-karya pemenang dari Yogyakarta dan Kyoto ini akan dipamerkan secara bergantian di kedua daerah, menjadi duta seni muda yang memperkenalkan kekayaan budaya masing-masing kepada publik.
Lomba lukis tahun ini mengangkat tema ‘Warisan Budaya Jogja’ dan ‘Budaya Jogja Saat Ini’. Harapannya, melalui kuas dan cat, anak-anak tidak hanya semakin mengenal tetapi juga bangga akan kekayaan budayanya. Pemahaman ini menjadikan warisan budaya sebagai dasar penting dalam pembentukan karakter dan identitas mereka di tengah arus globalisasi.

Mengukir Prestasi dan Masa Depan di Atas Kanvas
Setelah melalui proses kurasi yang mendalam, nama-nama pemenang pun diumumkan. Berikut adalah para peraih juara dari setiap jenjang:
Jenjang TK: 1. Ibnaytia Descintara Ngumboro, 2. Aishwa Zia Mafaza Ken Wisesa, 3. Meysha Anindira Putri Maheswari.
Jenjang SD: 1. Muhammad Al Fatih, 2. Danysa Puan Anggit El-Hazima, 3. Nada Fajria Salsabila.
Jenjang SMP: 1. Velda Kirana Ardelia, 2. Liano Verrald Jaya Kusuma, 3. Bagus Putra Tama.
Jenjang SMA: 1. Alysha Salma Putri, 2. Ikrima Fatimatuzahra, 3. Samuel Pradipta Nareswara.

Acara puncak ditandai dengan penyerahan penghargaan kepada para pemenang oleh perwakilan dari Kyoto dan DIY. Cahaya lampu kamera dan tepuk tangan yang meriah menyinari wajah-wajah polos dan bangga para seniman cilik tersebut. Suasana pun berganti menjadi hangat dan cair ketika para tamu undangan, diajak berkeliling dalam tur pameran. Mereka menyaksikan langsung imajinasi, memori budaya, dan kreativitas anak-anak yang tergores dengan indah di atas kanvas.

Pada akhirnya, pameran ini adalah lebih dari sekadar kompetisi; ia adalah sebuah perayaan. Sebuah perayaan atas persahabatan yang bertahan dan bertumbuh selama empat dekade, dibingkai dalam kejujuran dan keceriaan generasi muda. Dan yang lebih penting, ini adalah sebuah janji—janji bahwa warisan budaya dan hubungan baik yang telah dibangun dengan susah payah akan diteruskan dengan penuh cinta dan inovasi oleh tangan-tangan mungil yang hari ini telah membuktikan, bahwa seni adalah bahasa universal yang mampu menyatukan hati Yogyakarta dan Kyoto untuk masa depan yang lebih bersinar.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...