by ifid|| 05 November 2025 || 13 kali
Gedung Societeit Militaire Taman Budaya Yogyakarta (TBY) menjadi saksi tumbuhnya bibit-bibit seniman masa depan. Selama lima hari, 5-9 November 2025, sebanyak 880 peserta Art for Children (AFC) 2025 memamerkan karya dan bakat mereka dalam Pameran & Pentas Akhir Bimbingan Seni dengan tema "Kebebasan Menuju Jati Diri". Pameran ini menjadi ruang ekspresi yang menampilkan semangat, imajinasi, dan proses kreatif para peserta. Dari tarian klasik yang penuh disiplin hingga parade busana batik hasil rancangan sendiri, setiap karya membuktikan bahwa dunia anak adalah ruang tanpa batas untuk bereksplorasi dan berharap.
Momen puncak pembukaan diwarnai penerbangan pesawat kertas yang melambangkan mimpi dan langkah awal menuju masa depan para calon maestro. "Ini bukan sekadar pameran, tetapi perayaan proses kreatif anak-anak yang telah berani menemukan jati diri melalui seni," terang salah satu penyelenggara. Melalui ajang ini, AFC 2025 kembali menegaskan komitmennya dalam membangun generasi yang tidak hanya terampil secara artistik, tetapi juga percaya diri dalam mengekspresikan identitas dan impian mereka. Sebuah investasi berharga untuk masa depan kesenian Indonesia yang lebih cerah.
Ribuan Pesawat Kertas Terbang Membawa Asa Calon Maestro Masa Depan
Aksi simbolis yang melambangkan harapan dan mimpi para peserta AFC 2025 ini menjadi pembuka pameran yang penuh makna, seolah mengatakan bahwa tidak ada batas bagi impian anak-anak untuk mencapai masa depan.
Antusiasme tak hanya terpancar dari para peserta, tetapi juga dari pengunjung yang memadati venue. Niki, pengunjung asal Temanggung, tak menyembunyikan kekagumannya. "Tari Beruang yang ditampilkan begitu lucu dan energik. Melihat anak-anak tampil dengan percaya diri seperti ini sangat menghibur," ujarnya. Sementara Rahma dari Kediri berpendapat, ruang berekspresi seperti AFC layak diperluas. "Semoga ke depan semakin banyak anak yang mendapat kesempatan seperti ini. Mereka butuh wadah untuk mengasah kreativitas dan keberanian."
Pameran dan Pentas Akhir Bimbingan Seni AFC 2025 memang bukan sekadar ajang unjuk bakat biasa. Ini adalah ruang pembuktian bahwa dunia anak adalah jagat imajinasi yang bebas dan penuh kemungkinan. Melalui pendampingan konsisten, Taman Budaya Yogyakarta bertekad terus menyemai benih kreativitas investasi berharga untuk melahirkan maestro-maestro masa depan di panggung seni Indonesia.
Melampaui Panggung, Menyentuh Masa Depan
Dalam pembukaan pameran AFC 2025 yang digelar di Gedung Societeit Militaire, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menegaskan pentingnya ruang ekspresi seni bagi pembentukan karakter generasi muda.
“Art for Children bukan sekadar ajang pamer karya, melainkan wadah penting bagi anak-anak untuk menemukan keberanian, kepekaan, dan identitas budaya mereka,” ujar Dian dalam sambutannya, seraya menambahkan bahwa program ini sejalan dengan visi Pemerintah Daerah DIY untuk membangun ekosistem kebudayaan yang inklusif dan berkelanjutan.
Dian juga menyoroti antusiasme ratusan peserta yang terlibat sebagai bukti hidup semangat regenerasi pelaku seni DIY. “Di tangan merekalah masa depan kebudayaan kita dititipkan. Melalui seni, kita tak hanya melestarikan warisan, tetapi juga menumbuhkan empati dan kreativitas bekal penting untuk menghadapi kompleksitas zaman.”
AFC 2025 Buktikan Seni adalah Bahasa Universal Anak
Ruang pertunjukan Gedung Societeit Militaire menyaksikan sebuah transisi makna yang mengharukan. Tari Klasik Retno Asri yang anggun, menggambarkan kematangan seorang remaja putri, berpadu dengan gemulai Tari Kreasi Beruang yang lucu dan energik. Di antara dua kutub usia tersebut, terciptalah sebuah dialektika kreativitas yang sempurna.
Kepala TBY, Purwiati, dengan mata berbinar menyaksikan antusiasme yang membanjiri ruangan. "Inilah esensi sebenarnya dari pendidikan seni," ujarnya. "Bukan sekadar mencari hasil akhir yang sempurna, tetapi merayakan setiap proses kreativitas yang membentuk jati diri mereka." Dengan tema "Kebebasan Menuju Jati Diri", AFC 2025 memang sengaja dirancang sebagai laboratorium imajinasi. Di sini, anak-anak tidak sekadar diajar teknik seni, tetapi diberi keberanian untuk mengeksplorasi potensi terbaik dalam diri mereka.
Puncak acara menjadi momen paling magis ketika ratusan pesawat kertas beterbangan di udara. Sebuah metafora visual yang kuat tentang impian dan harapan - bahwa dari tangan-tangan mungil inilah akan lahir maestro-maestro masa depan Indonesia yang tidak hanya terampil, tetapi juga berani bermimpi. "Setiap pesawat kertas yang terbang itu membawa doa dan impian mereka," tutur Purwiati, "dan tugas kitalah untuk terus memberikan angin bagi sayap-sayap kreativitas mereka."
Dari Ruang Kreativitas AFC, Lahir Generasi Empati yang Berani Bermimpi
Di balik coretan warna-warni dan helaian kain batik, tersembunyi sebuah visi yang jauh lebih dalam. Bagi para pengampu AFC, ruang kelas seni ini bukan sekadar tempat belajar teknik, melainkan sebuah laboratorium kehidupan tempat generasi kreatif menemukan jati dirinya.
Yuswantoro Adi, Pengampu AFC Seni Rupa, memandang seni sebagai sebuah perjalanan personal. “Proses berkesenian di sini adalah cara bagi anak-anak untuk menumbuhkan empati, belajar menghargai perbedaan, dan pada akhirnya memahami dirinya sendiri,” ujarnya. Baginya, dari ruang penuh kebebasan dan kegembiraan inilah akan lahir maestro masa depan yang tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga memiliki landasan kemanusiaan dan kebudayaan yang kuat.
Visi serupa diungkapkan Nur Rohmat, Pengampu AFC Batik, yang justru banyak belajar dari dunia anak-anak yang diampunya. “Dunia mereka adalah ruang yang luar biasa. Dari cara mereka bermain, bereksperimen, dan berekspresi, kamilah yang justru banyak mendapat pelajaran berharga,” tuturnya. Pengalaman mendalam itulah yang menginspirasi tema pameran tahun ini, “Kebebasan Menuju Jati Diri”. Sebuah tema yang lahir dari keyakinan bahwa dalam setiap coretan, gerakan, dan jahitan batik, terdapat proses pencarian identitas yang suatu hari nanti akan membentuk pribadi yang utuh dan berkarakter.
Dengan pendekatan semacam ini, AFC tidak sekadar mencetak calon seniman, tetapi lebih jauh membentuk manusia yang peka, berani, dan menghargai proses kreatif sebagai bagian dari kehidupan. (Fahri)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...