Artikel Budaya


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Usuk Ri gereh dan Paniyung

by pamongbudaya|| 22 Juni 2021 || || 3.398 kali


Susunan/pemasangan kayu usuk (dalam bahasa Indonesia juga disebut kasau) pada bangunan berarsitektur tradisional Jawa terdiri dari dua jenis yaitu ri gereh dan paniyung. Usuk berasal dari kata esuk, yang artinya desak atau berdesakan, karena keberadaan atau posisinya tampak berdesakan, apalagi untuk yang berjenis paniyung. 1. Usuk ri gereh Dinamakan ri gereh karena posisinya seperti ri atau duri dari gereh (ikan asin). Pada jenis ini jarak antar usuk pada bagian atas maupun bagian bawah ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Bangunan Tajug

by pamongbudaya|| 21 Juni 2021 || || 3.841 kali


Menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa, bangunan tajug adalah awal dari bentuk bangunan-bangunan lain yang ada. Jadi dari tajug kemudian berkembang /berubah menjadi joglo, dari joglo menjadi limasan dan dari limasan menjadi kampung. Bangunan berbentuk tajug ini biasanya digunakan pada bangunan masjid atau bangunan khusus lainnya. Menurut naskah-naskah tersebut bangunan dengan bentuk atap ini terdiri dari dua variasi yaitu : Tajug       ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Bangunan Limasan

by pamongbudaya|| 21 Juni 2021 || || 15.147 kali


Bangunan limasan, menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa  merupakan pengembangan dari bangunan dengan bentuk joglo.  Dari bangunan berbentuk joglo kemudian berkembang dengan melipatgandakan ukuran baik pada sisi panjang maupun pada sisi pendeknya. Sisi yang panjang kemudian dibagi dalam 3 bagian sedangkan sisi yang pendek tidak dibagi dan tetap dibiarkan. Namanya berubah menjadi gajah-sap yang berarti gajah ganda/rangkap. Gajah adalah sebutan untuk balok ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa. Jenis Bangunan Menurut Bentuknya : Tajug, Joglo, Limasan dan Kampung

by pamongbudaya|| 18 Juni 2021 || || 5.063 kali


Bangunan berarsitektur tradisional Jawa dari bentuk atapnya dibagi dalam 4 jenis. Pada awalnya yang dipakai sebagai pedoman adalah apa yang disebut dengan bentuk taj/taju (bahasa arab yang berarti mahkota).  Kemudian kata ini lebih dikenal dengan istilah tajug. Bangunan yang menggunakan atap berbentuk tajug ini bentuk denahnya adalah bujursangkar yang panjang keempat sisinya sama.  Jenis yang kedua adalah joglo, kata yang berasal dari kata jug-loro, yaitu tajug- loro, yang artinya dua ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa. Bangunan Joglo

by pamongbudaya|| 18 Juni 2021 || || 29.559 kali


Bangunan Joglo adalah satu dari empat bentuk bangunan yang ada di dalam naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur tradisional Jawa. Bentuk lainnya adalah tajug, limasan dan kampung. Bentuk-bentuk ini disebut berdaar pada bentuk atap yang ada di suatu bangunan. Pada bangunan dengan atap joglo terdapat 4 buah tiang (saka) yang berada di tengah yang biasa disebut saka guru. Saka guru dihubungkan oleh sunduk dan di atasnya terdapat blandar pamidangan. Di atas blandar pamidangan ini ...


...
Perawatan Joglo Jagalan Kotagede di Tahun 2021

by pamongbudaya|| 16 Juni 2021 || || 1.026 kali


Joglo Jagalan Kotagede atau Joglo Kotagede yang dimaksud di sini adalah dua bangunan yang dimiliki oleh Pemda DIY yang terletak di  Citran RT 04 RW 04, Kalurahan Jagalan Kapenewon (istilah Kecamatan yang ada di Kabupaten di DIY) Banguntapan, Bantul. Meskipun secara administratif bangunan ini bukan berada di wilayah Kotagede yang merupakan nama Kemantren (istilah Kecamatan di Kota Yogyakarta) di Kota Yogyakarta namun dalam kaitannya dengan kawasan cagar budaya, bangunan ini masih terletak ...


...
Sri, Kitri, Gana, Liyu, Pokah

by pamongbudaya|| 08 Juni 2021 || || 13.800 kali


Apakah yang dimaksud dengan istilah sri, kitri, gana, liyu, pokah ? Dalam pengetahuan tentang bangunan berarsitektur Jawa, kelima istilah itu digunakan untuk menghitung jumlah usuk pada suatu bangunan. Selain itu, istilah ini juga digunakan untuk mengukur panjang balandar / balok pada suatu bangunan. Pada suatu bangunan Jawa, jumlah usuk pada keempat sisi atap dihitung dan kemudian dibagi 5, jika jumlahnya bersisa 1 maka disebut sri/sari, bersisa 2 disebut kitri, bersisa 3 disebut gana, bersisa ...


...
Kegiatan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Bangunan Cagar Budaya

by pamongbudaya|| 24 Mei 2021 || || 1.949 kali


Beberapa kegiatan pendahuluan sudah dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan atau rehabilitasi pada suatu bangunan cagar budaya. Salah satu dari kegiatan tersebut adalah kegiatan perencanaan teknis. Kegiatan perencanaan teknis dilakukan oleh sejumlah orang yang kompeten di bidangnya antara lain tenaga ahli di bidang arsitektur, sipil, arkeologi dan/atau di bidang lainnya seperti elektrikal dan mekanikal. Di dalam kegiatan perencanaan teknis ini, perencana antara lain akan mendokumentasikan ...


...
Sengkalan di Bangunan Cagar Budaya

by pamongbudaya|| 18 Mei 2021 || || 29.378 kali


Pada sejumlah bangunan, kita dapat menemui tulisan yang menunjukkan kapan bangunan tersebut dikerjakan atau selesai dibangun. Tulisan tersebut dapat berupa prasasti yang umumnya dibuat di batu andesit, batu granit atau batu marmer, dapat pula dituliskan langsung di bagian tertentu dari bangunan. Pada bangunan cagar budaya kita dapat menjumpai hal yang sama. Angka tahun pada bangunan cagar budaya ada yang ditulis dengan angka biasa (angka Arab), ada yang ditulis dengan angka romawi dan pada ...


...
Narasunya, Ganeya, Nurwitri, Byabya

by pamongbudaya|| 26 April 2021 || || 764 kali


Narasunya, ganeya, nurwitri, dan byabya adalah nama tanda yang terdapat di empat bagian sudut atas dari pertemuan balok-balok dan kolom kayu pada bangunan bergaya arsitektur Jawa. Tanda ini dinamakan angka kalang, dan ada juga yang menyebutnya angka ageng. Berikut ini adalah letak dari tanda-tanda tersebut : narasunya terletak di sudut timur laut, ganeya terletak di sudut tenggara, nurwitri terletak di sudut barat daya, dan byabya terletak di sudut barat laut. Tanda-tanda ini semuanya ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta