Artikel Budaya


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Kayu Jati Yang Memiliki Daya Pengaruh Baik

by pamongbudaya|| 10 September 2021 || || 3.157 kali


Menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa, kayu yang umumnya atau disarankan digunakan sebagai bahan untuk pembuatan bangunan adalah kayu jati (Tectona grandis). Kayu jati dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu : Jati bang Seratnya halus dan berminyak. Kayu yang dihasilkan akan tahan lama keawetannya. Jati kembang atau jati sungu Warnanya kehitam-hitaman, alur seratnya tampak dengan jelas sekali seperti kembang (= bunga) atau seperti sungu (= tanduk). Kayu ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Griya Wingking, Pandhapa, Gandhok

by pamongbudaya|| 29 Juni 2021 || || 3.494 kali


Griya Wingking, pandhapa, gandhok adalah sebutan dari penggunaan bangunan pada bangunan berarsitektur tradisional Jawa. Penggunaan istilah ini ada di kedua kelompok naskah lama tentang bangunan tradisional berarsitektur Jawa (Prijotomo, 2006), yaitu kelompok naskah Kawruh Griya dan Kawruh Kalang. Selain ketiga hal, masih ada penyebutan yang lain seperti dalam uraian berikut. 1. Griya wingking Seringkali hanya disebut griya, yaitu gugus bangunan tempat penghuni rumah menjalankan kegiatan rumah ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Ander, Geganja dan Santen

by pamongbudaya|| 29 Juni 2021 || || 2.132 kali


Ander dimengerti sebagai adeg (yang artinya berdiri) atau adeg-adeg. Ander adalah tiang yang berdiri tegak menyangga molo atau balok kayu yang terletak paling atas dalam suatu bangunan. Pada bangunan berbentuk atap tajug, ander menyangga sirah atau balok kayu yang menjadi tumpuan semua jurai, meskipun ada juga sirah yang tanpa ander. Jadi ander bisa terdapat di semua jenis atap bangunan berarsitektur tradisional Jawa. Sambungan antara ander dengan balok molo yang ada di atas maupun pengeret ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Mustaka, Sirah, dan Sirah Gada

by pamongbudaya|| 24 Juni 2021 || || 8.718 kali


Pada bangunan berarsitektur tradisional Jawa berbentuk tajug, maka biasanya terdapat mustaka, sirah dan sirah gada. Mustaka (bahasa Jawa  yang berarti kepala) adalah puncak dari bubungan /penutup atap yang ada pada bangunan dengan bentuk atap tajug. Pada bangunan dengan bentuk atap tajug yang biasanya adalah masjid, di bagian paling puncak dari bangunan tersebut biasanya terdapat mustaka yang bahanya bisa dari logam atau tanah liat sama seperti bahan pembuat genteng. Mustaka tersebut  ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Atap Sirap

by pamongbudaya|| 24 Juni 2021 || || 5.199 kali


Sirap adalah salah satu dari penutup atap yang pembuatannya ditulis di dalam naskah –naskah lama bangunan berarsitektur tradisional Jawa. Menurut naskah-naskah tersebut ukuran lebar sirap berpedoman pada lebar sirap dan sebaliknya. Misalnya sirap dengan lebar 12 dim, maka panjangnya harus 26 dim. Panjang sekian itu lalu dibagi tiga. Pada bagian ujungnya digaris melintang, inilah yang tepat disebut perseginya, lalu diturunkan selebar reng, kemudian dibentuk runcing dan ini disebut curap. ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Usuk Lorog, Usuk Pandedel, Usuk Panerus dan Usuk Pengarak

by pamongbudaya|| 23 Juni 2021 || || 1.127 kali


Bangunan berarsitektur tradisional Jawa mengenal dua buah pemasangan kayu usuk (kasau), yaitu ri gereh dan paniyung. Susunan usuk ri gereh adalah susunan usuk dengan jarak antar usuk sama lebar baik pada bagian atas maupun bawah sedangkan pada susunan usuk paniyung jarak antar usuk pada bagian atas lebih kecil dari bagian bawah.  Jika pada  susunan usuk ri gereh ada sejumlah usuk yang pada bagian atas bertumpu pada dudur (jurai) maka pada susunan usuk paniyung tidak ada usuk yang ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Bangunan Kampung

by pamongbudaya|| 22 Juni 2021 || || 1.103 kali


Menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur tradisional Jawa, bangunan kampung ini sebenarnya berasal dari kata kapung /katepung yang artinya adalah dihubungkan. Jadi untuk mempermudah pendirian rumah maka cukup menghubungkan dua bidang atap dan meniadakan kelengkapan kayu lainnya yang ada pada ketiga bentuk sebelumnya, yaitu pada bentuk tajug, joglo dan limasan. Kayu yang dihilangkan pada bangunan kampung adalah dudur (jurai) yaitu yang menghubungkan sudut atap bagian atas ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Usuk Ri gereh dan Paniyung

by pamongbudaya|| 22 Juni 2021 || || 3.515 kali


Susunan/pemasangan kayu usuk (dalam bahasa Indonesia juga disebut kasau) pada bangunan berarsitektur tradisional Jawa terdiri dari dua jenis yaitu ri gereh dan paniyung. Usuk berasal dari kata esuk, yang artinya desak atau berdesakan, karena keberadaan atau posisinya tampak berdesakan, apalagi untuk yang berjenis paniyung. 1. Usuk ri gereh Dinamakan ri gereh karena posisinya seperti ri atau duri dari gereh (ikan asin). Pada jenis ini jarak antar usuk pada bagian atas maupun bagian bawah ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Bangunan Tajug

by pamongbudaya|| 21 Juni 2021 || || 3.927 kali


Menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa, bangunan tajug adalah awal dari bentuk bangunan-bangunan lain yang ada. Jadi dari tajug kemudian berkembang /berubah menjadi joglo, dari joglo menjadi limasan dan dari limasan menjadi kampung. Bangunan berbentuk tajug ini biasanya digunakan pada bangunan masjid atau bangunan khusus lainnya. Menurut naskah-naskah tersebut bangunan dengan bentuk atap ini terdiri dari dua variasi yaitu : Tajug       ...


...
Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Bangunan Limasan

by pamongbudaya|| 21 Juni 2021 || || 15.586 kali


Bangunan limasan, menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa  merupakan pengembangan dari bangunan dengan bentuk joglo.  Dari bangunan berbentuk joglo kemudian berkembang dengan melipatgandakan ukuran baik pada sisi panjang maupun pada sisi pendeknya. Sisi yang panjang kemudian dibagi dalam 3 bagian sedangkan sisi yang pendek tidak dibagi dan tetap dibiarkan. Namanya berubah menjadi gajah-sap yang berarti gajah ganda/rangkap. Gajah adalah sebutan untuk balok ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta